kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri bersiap menaikkan harga jual produk


Sabtu, 06 Januari 2018 / 19:00 WIB
Industri bersiap menaikkan harga jual produk


Reporter: Agung Hidayat, Azis Husaini | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun baru, harga baru. Kredo ini masih dipegang erat-erat oleh para pebisnis dan kalangan industrialis.

Tanpa terkecuali tahun ini. Lihat saja, sejumlah sektor industri berancang-ancang menaikkan harga jual produk sekitar 5% dari tahun 2017. Dalih kenaikan harga jual itu adalah mengimbangi laju biaya produksi dan mengejar inflasi

Adhi Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), mengatakan, saat ini para pelaku usaha tengah menghitung risiko kenaikan harga di tahun 2018. Sepanjang tahun 2017, pelaku industri merasakan pencapaian target masih jauh. "Kenaikan harga sebagai langkah terakhir bila kenaikan biaya tidak bisa diantisipasi," ujar Adhi kepada KONTAN (5/1).

Salah satu yang menjadi momok adalah laju kenaikan harga bahan baku, yang berkisar antara 5%-30%. "Utamanya bahan baku dan harga kemasan," katanya.

Tahun lalu mayoritas pengusaha makanan dan minuman tidak menaikkan harga. "Kemungkinan tahun ini ada kenaikan harga sekitar 5%," terang Adhi.

Toh, pabrikan makanan minuman, PT Mayora Indah Tbk (MYOR), tak mau terburu-buru memutuskan kenaikan harga jual produknya. "Belum ada kenaikan di awal tahun. Bahan baku juga masih aman," tandas Sribugo Suratmo, Corporate Communication Division Head Mayora Indah Tbk.

Lagi pula, ada strategi lain untuk menyiasati lonjakan biaya produksi. Selain menaikkan harga jual produk, para industrialis akan menggenjot efisiensi. Termasuk bertransformasi ke digital dan otomatisasi agar daya saing terjaga.

Agenda kenaikan harga tampak lebih jelas di industri otomotif. PT Toyota Astra Motor (TAM) akan menaikan harga beberapa produk awal tahun ini. "Kenaikan harga tergantung produk. Kenaikan itu mengimbangi inflasi, kenaikan biaya produksi, nilai tukar dan penyesuaian bea balik nama, kata Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager TAM kepada KONTAN, Jumat (5/1).

Ia mencontohkan Toyota Calya yang masuk kelas low cost green car (LCGC) akan naik Rp 300.000. Sementara kenaikan paling tinggi mencapai Rp 32,3 juta untuk Toyota Land Cruiser. Dengan asumsi harga Calya sebesar Rp 300.000 dan Land Cruiser sekitar Rp 1,9 miliaran, maka kenaikan harga produk Toyota itu bervariasi antara 0,2% sampai 1,7%.

Mukiat Sutikno, Presiden Direktur PT Hyundai Motor Indonesia, menyatakan belum akan menaikkan harga di bulan pertama tahun 2018. "Sedang dihitung kenaikan di tipe mana saja," ujar Mukiat.

Pabrikan Honda juga berancang-ancang menaikkan harga jual tahun 2018. "Akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat ini. Semua tipe akan naik," ujar Jonfis Fandy, Direktur Sales & Marketing PT Honda Prospect Motor.

Pemain di bisnis semen memilih melihat situasi pasar sebelum menaikkan harga jual. Maklum, Antonius Marcos, Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengatakan, kenaikan dan penurunan harga akan mempengaruhi pencapaian penjualan perusahaan semen ini.

Tahun 2018, emiten berkode INTP di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini memasang target pertumbuhan konservatif, antara 5%–6%, lantaran pasar semen masih lesu. Itu sebabnya, Indocement menanti kondisi pasar pulih sebelum menaikkan harga jual. "Saat ini kami belum berniat menaikkan harga jual. Kami akan melihat situasi pasar lebih dulu," ujar Antonius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×