Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, pemerintah menghimbau para pelaku industri manufaktur untuk membeli mesin buatan dalam negeri.
Hal itu diungkapkan oleh Teddy C Sianturi Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian. Menurut Teddy, toh yang di impor oleh para pelaku manufaktur juga bukan mesin baru melainkan mesin bekas.
"Kalau bisa impor bekas harganya sama dengan lokal tetapi baru, lebih baik beli lokal tapi baru," tutur Teddy usai membuka acara Pameran Manufacturing Indonesia di JIExpo Kemayoran Jakarta, Rabu (4/12). Lagi pula kualitas mesin buatan dalam negeri saat ini tidak kalah dengan mesin buatan dari luar.
Selain itu pemerintah juga telah mengeluarkan regulasi mengenai pembatasan usia mesin impor. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan bisa membuat para pelaku industri berpikir ulang untuk membeli mesin impor.
Dikarenakan dalam regulasi tersebut, harga mesin yang berumur kurang dari 20 tahun menjadi lebih mahal jika dibandingkan dengan mesin buatan dalam negeri.
Aturan tersebut juga diharapkan bisa meningkatkan industri mesin manufaktur di dalam negeri. Memang, hingga kuartal III 2013, industri permesinan dalam negeri masih bisa tumbuh 9% dari tahun lalu. Namun pertumbuhan tersebut lebih banyak ditopang oleh penjualan alat angkut.
Jika hanya menghitung dari sisi penjualan mesin manufaktur saja, menurut Teddy industri permesinan manufaktur akan mengalami penurunan antara 1%-2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News