Reporter: Aulia Fitri Herdiana , Harry Muthahhari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lagi-lagi industri farmasi dalam negeri digoyang dengan isu kenaikan harga obat. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang menembus Rp 14.000, menyebabkan beban biaya produksi di sektor ini ikut melambung. Apalagi sekitar 90% bahan baku produk farmasi masih bergantung pada impor.
Namun bagi perusahaan-perusahaan farmasi besar, kenaikan harga bahan baku impor karena imbas pelemahan nilai tukar ini masih dapat direm. Maklum, mereka memiliki manajemen stok yang cukup lama serta daya tawar yang tinggi.
Salah satunya adalah PT Kimia Farma Tbk. "Kami sudah sepakat dengan supplier membeli bahan baku dengan harga dan jangka waktu tertentu," kata Sekretaris Perusahaaan Kimia Farma, Ganti Winarno, Rabu (27/6).
Dengan strategi yang tersebut, Ganti mengklaim bila emiten berkode saham KAEF di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini dapat bertahan di tengah fluktuasi nilai tukar yang kerap terjadi. Antisipasi seperti ini sudah dilakukan sejak tahun lalu.
Bahkan, dengan pasokan bahan baku yang terkelola dengan baik, Kimia Farma dapat dipastikan tidak akan menaikkan harga obat produksinya hingga tahun depan. "Jadi hingga tahun depan aman," terang Ganti.
Walaupun dapat mengendalikan harga, Ganti mengakui bila dalam jangka panjang pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan berimbas terhadap biaya produksi. Maklum, pembelian bahan baku untuk produksi obat menggunakan dollar AS.
Hingga Rabu (27/6), kurs tengah yang mengacu pada Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 14.163 per dollar AS. Angka ini naik tipis 0,41% dari dua hari sebelumnya yang mencatatatkan Rp 14.105 per dollar AS.
Ganti menambahkan, bila tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar ini berlanjut hingga tahun depan, pihaknya tidak dapat menjamin mempertahankan harga obat yang mereka produksi. "Harga jual tentu akan ada diskusi manajemen dan dengan GP Farmasi" terang Ganti.
Terus monitor
PT Kalbe Farma Tbk juga mengaku belum berencana menaikkan harga jual. "Saat ini kami monitor terus level rupiah karena masih berfluktuasi," ucap Vidjongtius, Direktur Utama Kalbe Farma.
Salah satu strategi menekan harga emiten berkode saham KLBF di BEI ini adalah dengan menggenjot efisiensi. "Kami melakukan efisiensi biaya di proses produksi dan pengelolaan modal kerja," jelas Vidjongtius.
Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk Imam Ariff Juliadi mengatakan, ada beberapa produk obat yang akan terkena dampak pelemahan nilai tukar kurs rupiah tersebut. Khususnya produk yang tidak terikat perjanjian kontrak. "Tapi belum bisa dihitung seperti apa dampaknya. Evaluasi kita per produk," kata Imam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News