kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri farmasi tersandera bahan baku


Rabu, 21 Maret 2018 / 06:44 WIB
Industri farmasi tersandera bahan baku
ILUSTRASI. Keterangan pers GP Farmasi Indonesia


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelangkaan pasokan garam industri telah berdampak pada sektor farmasi. Walau kebutuhannya tidak terlalu tinggi, namun tersendatnya pasokan garam tersebut membuat proses produksi menjadi terhambat.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia Kendrariadi Suhanda mengatakan, impor garam yang dilakukan oleh industri farmasi disebabkan pasokan lokal tidak mampu memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. "Kami minta jenis dan spesifikasi garam tertentu," kata Kendrariadi kepada KONTAN, Selasa (20/3).

Bagi industri farmasi, garam bukan hanya sekadar bahan baku pelengkap saja. Sebab, kualitas garam yang dibutuhkan industri farmasi sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan.

Sampai 18 Januari 2018, ada delapan perusahaan farmasi dan kosmetik yang mengajukan izin impor garam dengan volume mencapai 3.029,5 ton. Agar ketergantungan impor garam ini dapat dianulir, GP Farmasi mengharap Pemerintah menguatkan industri kimia dasar di dalam negeri ini.

Sementara, Ketua Litbang GP Farmasi Indonesia Vincent Harijanto mengatakan, setidaknya ada dua persoalan utama yang bakal dihadapi pelaku bisnis farmasi di tahun ini. Pertama, proteksi lingkungan yang dilakukan pemerintah Cina. Kedua, soal nilai tukar mata uang.

Vincent menghitung, setidaknya 95% produk bahan baku farmasi domestik didatangkan dari Cina. Alhasil, gejolak yang terjadi di negeri Panda itu akan memberi pengaruh pada produk farmasi Indonesia.

Teddy Iman Soewahjo, Ketua Harian Pharma Materials Management Club (PMMC) menyampaikan, faktor utama industri farmasi lokal ialah ketersediaan bahan baku. Produsen bahan baku farmasi dalam negeri jumlahnya sangat sedikit.

Produsen bahan baku domestik tidak mampu bersaing lantaran harga tidak dapat bersaing. "Produksinya gambarannya masih kecil, hanya 100 ton-200 ton. Kalah besar dibandingkan Cina yang ribuan ton," kata Teddy

Padahal, selama ini industri farmasi dalam negeri telah memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sepanjang tahun 2017, hampir semua lini bisnis farmasi mengalami pertumbuhan positif.

Tahun lalu, industri farmasi Indonesia yang melingkupi obat kimia dan tradisional mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,85%. Bahkan, investasi di industri ini melonjak hingga 35,65% menjadi Rp 5,8 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

"Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor ini," ujar Kendrariadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×