kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri jamu dan farmasi menggenjot pemanfaatan bahan baku herbal


Minggu, 18 Juli 2021 / 17:31 WIB
Industri jamu dan farmasi menggenjot pemanfaatan bahan baku herbal
ILUSTRASI. Sektor industri jamu dan farmasi bahu-membahu meningkatkan pemanfaatan bahan baku obat herbal dari dalam negeri.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan dari sektor industri jamu dan farmasi bahu-membahu meningkatkan pemanfaatan bahan baku obat herbal dari dalam negeri. Usaha ini bertujuan untuk menekan angka ketergantungan bahan baku obat farmasi dari luar negeri di masa yang akan datang. 

Direktur Utama PT Indofarma Tbk (INAF), Arief Pramuhanto menjelaskan saat ini bahan baku obat farmasi masih 90% diimpor dari China dan India. "Salah satu tugas Holding BUMN Farmasi adalah menekan impor bahan baku farmasi dengan memaksimalkan potensi herbal Indonesia," kata dia dalam acara Investor Daily Summit, Kamis (15/7). 

Arief mengungkapkan, saat ini pemain di industri jamu sudah cukup banyak, yakni berjumlah 1.247 industri. Sebanyak 129 pemain masuk dalam kategori obat tradisional (IOT), adapun 10 di antaranya masuk dalam kategori industri besar. Sisanya 1.037 pemain dikelompokkan sebagai usaha kecil dan mikro obat tradisional. 

Kendati sudah banyak pemain, produk-produk yang dihasilkan industri kebanyakan hanya jamu, yang notabene tidak memerlukan pembuktian empiris. Arief memaparkan, saat ini 90% produk ada di jamu, beberapa sudah menjadi  obat herbal terstandar (OHT).

Baca Juga: Begini cara Martina Berto (MBTO) kejar target penjualan naik 20% di 2021

Sedangkan produk fitofarmaka masih bisa dihitung jari. "Ini tantangan untuk kita. Salah satu cara mengurangi ketergantungan obat dari luar adalah dengan produk herbal. Bahan baku herbal melimpah di Indonesia, kalau industri fitofarmaka diperbanyak mestinya supply bahan baku akan lebih aman karena dipasok dari dalam negeri," ujarnya. 

Sejatinya, industri jamu memiliki peluang bisnis yang sangat menarik ke depannya. Jika melihat dari grafik peningkatan omzet penjualan jamu dari tahun ke tahun, terjadi tren peningkatan yang cukup signifikan. Arif menjelaskan, omzet penjualan jamu secara nasional di tahun 2013 sebesar Rp 14 triliun dan pada 2020 diprediksi mencapai Rp 20 triliun.

Kendati peluang bisnisnya gurih, masih banyak tantangan yang harus dihadapi pelaku industri, salah satunya rantai pasok bahan baku. Arief bilang, dari sisi rantai pasok bahan baku, banyak dari industri-industri ini yang membeli bahan baku dari pengepul yang  kualitasnya tidak bisa dijamin.  

Maka dari itu, Indofarma bekerja sama dengan GP Jamu untuk membuat natural extract khusus untuk bahan baku obat tradisional sehingga bisa menjamin kualitas dari obat tradisional supaya sesuai dengan standar. Di sisi lain, Indofarma juga melakukan pembinaan dengan petani. Menurutnya, diperlukan upaya untuk bisa langsung terjun ke hulu dan menjamin tata cara  bertani sesuai dengan standar.

Baca Juga: Cara meningkatkan daya tahan tubuh mencegah Covid-19 dengan obat herbal



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×