kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Industri Kakao Butuh Lembaga Keuangan Agribisnis


Jumat, 06 Agustus 2010 / 11:30 WIB
Industri Kakao Butuh Lembaga Keuangan Agribisnis


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Asosiasi Industri Kakao Indonesia (Askindo) mendesak pemerintah segera membentuk lembaga keuangan agribisnis guna melayani keuangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan industrinya.

“Lembaga keuangan agribisnis harus segera dibentuk agar kami tidak bertekuk lutut dengan industri yang sama dengan negara tetangga (Malaysia dan Singapura) ,” kata Ketua Umum Askindo, Zulhefi Sikumbang di Jakarta, Jumat (6/8).

Zulhefi menyebutkan, saat ini penawaran tingkat suku bunga dari perbankan dan lembaga pembiayaan lainya adalah 14% yang dinilai sangat tidak kompetitif bagi pelaku sektor industri pertanian. Akibat bunga tinggi itu, petani, dan juga pelaku industri pertanian di dalam negeri tidak bisa bersaing dengan petani kakao atau pengusaha kakao dari Malaysia maupun Singapura.

“Malaysia dan Singapura menetapkan suku bunga 6%,” jelas Zulhefi.

Rendahnya bunga pembiayaan yang ada di Malaysia dan Singapura itu membuat pelaku industri pertanian di dalam negeri tidak berkutik untuk berbisnis produk pertanian baik dari hulu maupun samapi ke hilir. Padahal, kakao adalah produk yang bisa disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Nah, semakin banyak stok yang dimiliki oleh Industri, maka semakin tinggi bunga yang harus mereka bayarkan.

Untuk itu, Zulhefi berharap agar pemerintah segera membentiulk lembaga pembiayaan agribisnis dengan penawaran bunga kredit cukup dibawah 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×