kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Industri Kemasan Masih Berpotensi Melaju di Tengah Lonjakan Harga Komoditas


Jumat, 25 Februari 2022 / 18:32 WIB
Industri Kemasan Masih Berpotensi Melaju di Tengah Lonjakan Harga Komoditas
ILUSTRASI. Produsen plastik kemasan PT Sinergi Inti Plastindo Tbk (ESIP). Industri Kemasan Masih Berpotensi Melaju di Tengah Lonjakan Harga Komoditas.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kemasan (packaging) diyakini akan tumbuh lebih baik sepanjang tahun 2022, meski terdapat tantangan berupa lonjakan harga komoditas energi akibat konflik Rusia-Ukraina baru-baru ini.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono menyampaikan, bisnis kemasan memiliki prospek yang positif pada tahun ini.

Permintaan terhadap produk kemasan tak hanya datang dari sektor medis atau farmasi seperti saat awal masa pandemi Covid-19, melainkan juga dari sektor lainnya seperti makanan-minuman hingga kemasan untuk paket belanja online.  “Tren online delivery sedang meningkat, sehingga kebutuhan kemasannya juga tinggi,” imbuh dia, Jumat (25/2). 

Pasokan produk kemasan pun mayoritas berasal dari pasar domestik. Adapun produk kemasan impor relatif stagnan lantaran adanya gangguan logistik akibat kelangkaan kontainer secara global. Dengan begitu, sekitar 90% permintaan kemasan di Indonesia, mampu dipenuhi oleh produk buatan dalam negeri.

Baca Juga: Mendag Sebut Stok Minyak Goreng di Sumbar Aman

Alhasil, utilitas pabrik-pabrik kemasan di sektor hilir pun sudah mulai pulih atau rata-rata berada di level 85% untuk saat ini. Adapun utilitas rata-rata pabrik kemasan di sektor hulu sudah berada di kisaran 95% pada saat ini. Utilitas pabrik kemasan dipercaya tetap berada di level yang tinggi mengingat permintaan kemasan bakal meningkat saat memasuki momen Ramadan dan Lebaran.

Di sisi lain, pasar kemasan mulai mewanti-wanti efek kenaikan harga komoditas energi, mulai dari minyak mentah, batubara, hingga gas alam sebagai efek meletusnya perang Rusia-Ukraina sejak kemarin (24/2).

Fajar mengaku, Inaplas dan para pelaku industri terkait kemasan masih memonitor dampak kenaikan harga komoditas terhadap kelangsungan bisnis kemasan, terutama dalam hal pemenuhan bahan baku kemasan. Ia pun berharap perang Rusia-Ukraina tidak berlangsung berlarut-larut.

“Kalau harga komoditas terus-terusan naik, ini berpengaruh pada kenaikan harga bahan baku pembuatan plastik, yang berujung juga hingga harga jual di sektor hilirnya,” ungkap dia. 

Baca Juga: Kemenperin: Wirausaha Mamin Tumbuh, Industri Kemasan Kian Prospektif

Dihubungi terpisah, Direktur PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) Lukman Hakim menyebut, pihaknya belum mengetahui secara pasti efek kenaikan harga komoditas energi terhadap kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.

Apalagi, lonjakan harga komoditas baru terjadi sehari dan belum diketahui sampai berapa lama tren tersebut berlangsung. 

PBID sendiri memiliki kerja sama dengan 20 pemasok petrokimia dari berbagai negara untuk memenuhi bahan baku pembuatan kemasan plastik.

“Kalau sekarang, kami masih memiliki sejumlah inventori bijih plastik yang dapat digunakan tanpa terkena imbas kenaikan harga komoditas,” tukas dia, Jumat (25/2).

Baca Juga: Pratama Abadi (PANI) Akan Mengakuisisi Perusahaan Real Estate Senilai Rp 6,49 Triliun

Presiden Direktur PT Champion Pasific Indonesia Tbk (IGAR) Antonius Muhartoyo juga mengaku belum merasakan efek gejolak harga sejumlah komoditas energi. “Mungkin beberapa hari lagi sudah bisa diketahui,” kata dia, hari ini.

Manajemen IGAR memastikan selalu menjaga komunikasi dan hubungan baik dengan para pelanggannya dalam rangka mengantisipasi dampak lonjakan harga komoditas terhadap bisnis kemasan milik perusahaan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×