kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri kemasan targetkan penjualan 2012 tumbuh 10%-12%


Senin, 07 November 2011 / 19:36 WIB
Industri kemasan targetkan penjualan 2012 tumbuh 10%-12%
ILUSTRASI. Rumah sakit besar Malaysia menghadapi wabah virus corona yang menyebar di antara petugas kesehatan dan staf. REUTERS/Lim Huey Teng


Reporter: Dani Prasetya | Editor: Test Test

JAKARTA. Industri pengemasan menargetkan peningkatan nilai penjualan pada 2012 sebesar 10%-12%. Angka itu merupakan peningkatan signifikan dari nilai yang ditargetkan pada 2011 sebesar 7% setara dengan Rp 40 triliun.

Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia (FPI) Ariana Susanti mengutarakan, industri kemasan berpeluang untuk meningkatkan performansinya karena industri hilir penyerap kemasan tengah tumbuh baik. Misalnya, elektronik yang tumbuh 7,81% dan makanan minuman 7,73% hingga kuartal III 2011.

Apalagi, tambahnya, pasar domestik tidak lagi kaget dengan penerapan CAFTA. Adanya standar nasional Indonesia (SNI) dan kesadaran konsumen pada produk berkualitas membuat produk dalam negeri tetap bisa bersaing dengan produk impor.

Industri pengemasan dalam negeri memang sempat terpuruk lantaran penerapan China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA). Kebijakan itu memberikan celah besar bagi produk ritel asal China, Malaysia, Thailand, dan negara lainnya untuk membanjiri pasar dalam negeri. Akibatnya, permintaan produk kemasan pun berkurang.

Hingga Oktober 2011, industri pengemasan telah membukukan penjualan sekitar Rp 31 triliun. Angka itu disebut hanya bisa meningkat hingga Rp 40 triliun pada akhir tahun sama seperti pencapaian 2010. "Karena masih ada imbas CAFTA jadi hanya bisa tumbuh stagnan," jelasnya.

Untuk menumbuhkan industri pengemasan dalam negeri pun relatif sulit. Selain karena kesulitan bahan baku, pengusaha pun harus mendatangkan mesin dan peralatan dari luar negeri. Bahkan, untuk perusahaan skala kecil harus menyediakan biaya sekitar Rp 10 miliar-Rp 20 miliar untuk pengadaan mesin satu jalur proses.

Investasi baru skala besar harus menggandeng perusahaan mesin asing yang bersedia patungan pengadaan mesin di Indonesia. Menurut Ariana, cara itu bisa dibilang cara untuk transfer teknologi dari pengusaha asing ke perusahaan lokal. Sayangnya, semua peralatan masih harus mengandalkan barang impor. "Dalam negeri belum ada, paling hanya mesin pendukung saja," paparnya.

Direktur Industri Kimia Hilir Ditjen Industri Berbasis Manufaktur Kementerian Perindustrian Tuti Rahayu menyebut, penurunan industri berbasis plastik terjadi lantaran terkait nilai tukar mata uang. Selain itu, kondisi permintaan dan suplai plastik mempengaruhi pertumbuhan industri berbasis plastik menurun.

"Industri hulunya belum bisa penuhi sehingga harus impor bahan baku, padahal bea masuk besar. Hal ini sangat pengaruhi pertumbuhan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×