kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri kemasan terpukul larangan styrofoam


Jumat, 19 Januari 2018 / 07:05 WIB
Industri kemasan terpukul larangan styrofoam
ILUSTRASI. Diskusi Strawberry Tidak Menyebabkan Kanker - Mitos dan Fakta Di Balik Kemasan Makanan Styrofoam


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kemasan diprediksi masih akan banyak menghadapi tantangan. Banyaknya tentangan penggunaan styrofoam dan plastik telah berdampak besar bagi sektor ini. Walhasil, industri ini akan sulit bertumbuh. 

PT Kemasan Ciptatama Sempurna misalnya, produsen kemasan styrofoam yang berada dalam naungan Kemasan Group ini menilai tren permintaan cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. 

Wahyudi Sulistya, Direktur Kemasan Group mengatakan, selama ini telah terjadi kesalahpahaman dalam pemanfaatan styrofoam dan plastik untuk kebutuhan industri. "Ada persepsi di masyarakat , styrofoam di elektronik sama dengan yang digunakan di makanan. Padahal material keduanya berbeda," ujar Wahyudi, Kamis (18/1).

Perlu dicatat, styrofoam untuk kemasan makanan adalah polystyrene foam (ps foam). Sementara untuk pembungkus elektronik berjenis polyethylene foam (pe foam). Harga styrofoam yang digunakan sebagai kemasan makanan jauh lebih murah ketimbang untuk industri.

Penggunaan styrofoam oleh  pelaku usaha makanan dinilai lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan kertas pembungkus. "Harganya bisa 10 kali lipat lebih murah ketimbang bungkusan kertas," terang Wahyudi. 

Wahyudi mengklaim, Kemasan Group merupakan pemain besar di bisnis styrofoam. Kapasitas produksi berada di kisaran 600 ton-700 ton setiap bulannya. "Pangsa pasar kami paling besar, bisa sekitar 70%," ujarnya.

Dengan jumlah tenaga kerja mencapai 5.000 orang, Kemasan Group berharap ada kejelasan dari pemerintah. Wahyudi mewanti-wanti jika terlalu banyak larangan maka berakibat dengan berkurangnya produksi dan timbulnya pengurangan tenaga kerja dari pabrikan.

Keluhan atas banyaknya kebijakan larangan penggunaan styrofoam dan plastik juga diutarakan PT Trinseo Materials Indonesia. "Saat pelarangan styrofoam diedarkan, permintaan bisa menuurun hingga 500 ton per bulan," kata Dony Wahyudi, Manager Sales Trinseo Materials Indonesia.

Asal tahu saja, permintaan kemasan styrofoam domestik dapat mencapai 1.000 sampai 1.200 ton per bulan. Namun saat ini, permintaan styrofoam berada di kisaran 700 ton-800 ton per bulan.

Trinseo Materials Indonesia memiliki dua pabrik kemasan yang berada di Merak. Satu pabrik memproduksi polystyrene dengan kapasitas produksi 85.000 ton per tahun, sedangkan satunya lagi ialah pabrik latex. Hampir 85% produksi dijual ke dalam negeri, sedangkan sisanya 15% ekspor.

Selain larangan penggunaan styrofoam, wacana penerapan cukai plastik turut membuat khawatir. Penerapan cukai plastik belum menjamin isu kerusakan lingkungan dapat terselesaikan. "Namun harus ada manajemen sampah yang baik," kata Dony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×