Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Kebutuhan gas untuk industri semakin meningkat seiring pertumbuhan industri. Karena itu, ketersediaan gas untuk industri sangat berpengaruh pada kinerja industri. Jika industri bertumbuh, maka kebutuhan gas juga akan meningkat. Salah satu industri yang memiliki tingkat ketergantungan cukup besr pada gas adalah industri keramik.
Ketua Umum Asosiasi Keramik Indonesia (Asaki) Ahmad Wijaya mengatakan, dalam dua tahun ke depan, industri keramik nasional membutuhkan pasokan gas sebesar 68 mmscfd - 75 mmscfd. Jumlah ini lebih besar dari kebutuhan gas untuk industri keramik tahun ini yang sebesar 53 mmscfd.
Dengan suplai gas dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) tahun ini yang besarnya 53 mmscfd, industri keramik nasional hanya bisa menggunakan kapasitas produksinya yang ada (existing) dan tidak bisa melakukan ekspansi. "Tahun depan, karena ada ekspansi dari industri keramik, maka kebutuhan gas kita meningkat," ujarnya di Jakarta Jumat (3/9).
Sekadar mengingatkan, tahun depan setidaknya akan ada tiga investor yang akan mendirikan pabrik keramik di Indonesia. Tiga investor itu adalah Noble Ceramics asal China yang kan membangun pabrik dengan kapasitas produksi 40.000 meter persegi per hari.
Dua investor lainnya adalah Sunpower Ceramics Co Ltd yang akan membangun pabrik keramik dengan kapasitas 30.000 meter persegi per hari dan Kylos Resources berencana membangun pabrik keramik berkapasitas hingga 5 juta meter persegi per tahun.
Selain mengantisipasi adanya ekspansi baru, mulai tahun depan industri juga akan menggenjot utilisasi produksinya. Selama ini, dari total kapasitas terpasang industri keramik nasional sebesar 277 juta meter persegi, kapasitas terpakainya hanya sekitar 80% - 85%nya. "Tahun depan, utilisasi akan kita tingkatkan menjadi 98%," ungkap Wijaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News