kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Industri keramik terbebani dollar


Jumat, 04 September 2015 / 15:16 WIB
Industri keramik terbebani dollar


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Melemahnya nlai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) cukup memukul industri keramik nasional. Pasalnya, 60% komponen biaya produksi menggunakan kurs dollar.

Hendrata Atmoko, Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengatakan, kenaikan kurs dollar terhadap rupiah semakin membebani industri keramik. "Sekitar 60% beban produksi kami menggunakan kurs dollar. Kalau kurs dollarnya naik, ya kami terbebani," ujar Hendrata pada KONTAN, Jumat (4/9).

Ia mengatakan, bahan baku keramik seperti gas dibeli menggunakan kurs dollar. Pemakaian gas ini menyumbang sekitar 30% dari total beban produksi industri keramik.

Sebelum dolar menunjukkan tren meningkat, industri juga sudah terbebani harga gas yang jauh lebih tinggi dibandingkan harga gas di negara-negara tetangga.

"Harga gas di Indonesia di kisaran US$ 9,7 per MMBTU. Sedangkan di Malaysia, Singapura itu hanya dikisaran US$ 5-6 per MMBTU. Ini gimana kita mau bisa kompetitif, dari segi energi saja sudah lebih mahal," ujar Hendrata.

Di luar gas, bahan baku penolong industri keramik juga masih impor karena lemahnya industri hulu keramik. "Dari dulu, gembar-gembor pembenahan industri hulu, tapi nyatanya tetap lemah. Ya kami harus impor untuk bahan baku penolongnya," ujar Hendrata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×