kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi melambat, pabrik keramik pangkas karyawan


Jumat, 04 September 2015 / 14:57 WIB
Ekonomi melambat, pabrik keramik pangkas karyawan


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Melambatnya perekonomian nasional yang ditandai dengan melemahnya daya beli konsumen mulai berdampak terhadap industri keramik nasional.

Hendrata Atmoko, Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengatakan, saat ini beberapa perusahaan keramik sudah mulai mengurangi tenaga kerja karena sepinya permintaan pasar.

"Dimulai dari pengurangan shift kerja, keadaan tidak juga membaik, lalu mulai kepada pengurangan tenaga kerja," ujar Hendrata pada KONTAN, Jumat (4/9).

Menurut Hendrata, pengurangan karyawan ini terjadi di beberapa perusahaan besar, seperti Mulia, KIA, Arwana, Asia Victoria, dan lain-lain. "Ada juga pemain yang baru jalan enam bulan, sekarang sudah tutup," ujar Hendrata.

Namun, ia mengaku tidak tahu persis berapa jumlah tenaga kerja yang dirumahkan ataupun yang sekedar terkena pengurangan jam kerja. "Industri ini kan termasuk padat karya juga," ujar Hendrata.

Ia mengatakan, pengurangan tenaga kerja disebabkan banyak perusahaan memangkas produksi. "Saat ini terjadi pelambatan ekonomi yang artinya penurunan permintaan. Sedangkan pasokan keramik tengah menumpuk, alhasil kami harus kurangi produksi pabrik. Karena produksi menurun, artinya tenaga kerja untuk produksi juga menurun," ujar Hendrata.

Selain itu, pengurangan tenaga kerja juga dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi. Pasalnya industri keramik dalam negeri juga mengalami tekanan dari menguatnya nilai tukar dollar. "Harga gas kami beli pakai dollar, sedangkan dollarnya sedang naik. Bahan baku penolong kami juga masih impor, tentu ini membebani," ujar Hendrata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×