kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) ditargetkan tumbuh 4,3%


Jumat, 10 Mei 2019 / 19:06 WIB
Industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) ditargetkan tumbuh 4,3%


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tahun ini Kementerian Perindustrian membidik pertumbuhan industri kimia, farmasi dan teksil (IKFT) akan menembus pertumbuhan 4,3%. Hal ini diyakini bisa terdongrak lewat investasi baru dan ekspor. Tahun lalu, saat Direktorat masih bernama industri kimia, teksil dan aneka (IKTA) Kemenperin membidik pertumbuhan kisaran 3%-4%.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono menjelaskan pada kuartal I-2019 pertumbuhannya sektor IKFT mencapai 3,6% atau mirip dengan periode sama tahun lalu. Ditargetkan pada tahun ini pertumbuhan IKFT bisa menjadi 4,3%. "Kami yakin setelah juni pertumbuhannya akan lebih tinggi ketimbang awal tahun," kata Sigit, Kamis malam (9/5).

Sigit menjelaskan awal tahun pertumbuhan positif berasal khususnya produk pakaian jadi atau garmen. Hal ini mengingat mendekati masa pemilu dan juga mendekati lebaran. Selain itu ada sektor kimia yang pertumbuhan ekspornya positif.

Hanya saja industri lain seperti semen tertekan. Hal ini karena memasuki sektor penghujan dan sektor konstruksi belum menggeliat.

Kementerian Perindustrian memproyeksi nilai investasi yang akan masuk di industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) sebesar Rp 130 triliun pada tahun 2019. Dari penanaman modal tersebut, diyakini dapat memperdalam struktur sektor manufaktur di Indonesia sekaligus mensubstitusi produk impor.

Kemenperin mencatat pada tahun 2018, investasi di sektor industri kimia dan farmasi mencapai Rp 39,31 triliun. Selain itu, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menorehkan nilai ekspor sebesar US$13,93 miliar.

Sigit menjelaskan di tahun politik ini, sejumlah investor jangka panjang masih tetap jalan. Diharapkan investasi itu turut mendongkrak pertumbuhan industri nasional.
"Beberapa waktu lalu ada peresmian pabrik saniter Roca. Itu bukti investor masih percaya," kata Sigit.

Dari sektor IKFT, investasi di industri kimia diperkirakan paling besar nilainya karena tergolong padat modal dan membutuhkan teknologi tinggi. Selain itu, industri kimia dinilai berperan strategis sebagai sektor hulu lantaran produksinya dibutuhkan sebagai bahan baku oleh industri lain. Oleh karena itu diharapkan ada investor baru yang mau menanamkan modalnya di sektor hulu.

Dari data Kemenperin pada kuartal I tahun 2019, industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 22,7% dari total nilai investasi yang mencapai Rp 195,1 triliun, yang berasal dari penanaman modal asing maupun dalam negeri. Guna menggenjot investasi di sektor industri, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah memberikan fasilitas insentif fiskal berupa tax holiday.

Adapun Kemenperin memproyeksikan industri makanan dan minuman dapat tumbuh di atas 9% pada tahun 2019 karena mendapatkan tambahan investasi. Tahun ini, industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil (TPT), serta alas kaki siap untuk menamkan modalnya total sebesar Rp 79 triliun.

Industri makanan dan minuman akan menggelontorkan investasi Rp 63 triliun, naik 11% dari tahun 2018. Kemudian untuk industri alas kaki dan TPT menyiapkan investasi masing-masing Rp 2,8 triliun dan Rp 14 triliun, melonjak hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×