Reporter: Siti Maghfirah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Isu kelangkaan stok garam tak hanya berdampak besar pada produksi makanan, industri yang bergerak dalam bidang kimia juga terkena dampaknya. Asal tahu, garam memang menjadi bahan baku utama untuk industri petrokimia.
Menurut Direktur PT Asahimas Chemical Eddy Sutanto, pihaknya sempat mengalami kekurangan stok saat puncak kelangkaan garam tiga minggu lalu. Hal ini dirasa cukup menghambat produksi. "Karena beberapa minggu yang lalu proses izin untuk impor garam sempat berbelit-belit. Tapi sekarang produksi sudah kembali normal," katanya saat dihubungi KONTAN, Senin (31/7).
Ia mengaku, kelangkaan ini belum sampai membuat pihaknya harus melakukan efisiensi pengeluaran atau menaikkan harga produk. Ia melanjutkan, garam memang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan polyvinyl chloride atau PVC. Selain itu, untuk produksi kostik soda yang kemudian digunakan untuk pembuatan pulp, kertas, dan deterjen.
Untuk memenuhi kebutuhan industri, Asahimas Chemical memerlukan sekitar 800.000 hingga 850.000 ton garam setiap tahun. Stok garam biasanya memang diperoleh dari impor India dan Australia. Ia mengaku, tidak bisa memasok garam produksi dalam negeri. "Karena kalori dan kandungan kimianya beda. Yang cocok ya cuma dari dua negara tersebut," ujarnya.
Ia mengaku, sekali menyetok garam dapat digunakan untuk tiga minggu produksi. Namun ia enggan menyebutkan berapa banyak garam dalam satu kali penyimpanan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News