kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Industri makanan dan minuman kekurangan garam


Minggu, 22 Maret 2015 / 16:31 WIB
Industri makanan dan minuman kekurangan garam
ILUSTRASI. Kunci menjadi content creator bukan hanya mengikuti tren tetapi juga harus kreatif


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Industri makanan dan minuman kekurangan bahan baku garam. Menurut Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Industri Makanan dan MInuman Indonesia (GAPPMI), kebutuhan garam untuk produksi makanan dan minuman sebenarnya kecil. "Kebutuhan di dalam negeri sekitar 3 juta ton setahun, untuk produksi makanan dan minuman hanya 450.000 ton setahun," katanya pada KONTAN, Minggu (22/3).

Meskipun kebutuhannya sedikit, tetapi garam sangat penting untuk produksi makanan dan juga beberapa jenis minuman. Namun saat ini kuota impor garam dibatasi, padahal untuk produksi makanan dan minuman harus menggunakan garam impor. "Garam yang dibutuhkan untuk produksi dengan kandungan NHCL 98% dan kadar air 0,25%. Sedangkan yang diproduksi di dalam negeri NHCL hanya 94-95% dan kadar airnya mencapai 5-7%," jelas Adhi. 

Adhi bilang beberapa industri yang bergabung di GAPMMI sudah mulai mengeluhkan stok garam yang mulai habis.

Yang paling resah dengan menipisnya stok garam impor adalah mereka yang memproduksi bumbu-bumbu, termasuk di dalamnya produksi bumbu mi instan. Namun, biskuit dan industri makanan lain juga meresahkan stok garam ini. "Industri mamin terancam berhenti produksi kalau garamnya tidak ada," ungkap Adhi.

Adhi bilang pihaknya mengapresiasi apabila garam bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga industri makanan dan minuman mendapat pasokan garam lebih mudah. Namun sayangnya, langkah tersebut belum tahu kapan akan mulai berlangsung. 

"Industri inginnya garam diproduksi di dalam negeri, mengingat kurs juga seperti ini. Namun, untuk produksi garam yang cocok untuk industri makanan dan minuman perlu ada studi kelayakan dahulu. Nah, itu prosesnya tentu tidak sebentar. Lagipula sekarang ini produksi garam di Indonesia hanya 1,4-1,5 juta ton. Padahal kebutuhan total 3 juta ton," jelas Adhi.

Sribugo Suratmo, Ketua Asosiasi Roti, Mie, dan Biskuit mengatakan pihaknya sedang berkoordinasi dengan para pabrik seasonning yang kurang stok tersebut. "Kami coba koordinasi dulu. Kalau impor raw-salt sudah dibuka oleh menteri perdagangan sesuai kebutuhan mungkin bisa memecagkan masalah garam industri ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×