Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Tendi Mahadi
Vita Datau, Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menambahkan ajang pameran makanan dan minmuan internasional ini akan bermanfaat bagi pengusaha berskala UMKM. Pasalnya, ajang ini merupakan momentum produk-produk mereka unjung gigi kepada dunia internasional.
"Peran SIAL Interfood kita akan belajar banyak dari negara lain yang menjadi benchmarking. Jadi UMKM kita pasti akan belajar bagaimana cara mengemas dan mengolah makanan minuman. Selain itu di ajang ini juga bisa menjalin networking dengan orang-orang yang tepat dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang," ujarnya.
Baca Juga: Meski Indomie jadi ramen terenak dunia, ini bahayanya jika dimakan tiap hari
Asal tahu saja, sampai dengan kuartal III 2019, ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit menembus angka US$ 19,31 miliar. Sedangkan untuk nilai impor hanya US$ 8,78 miliar sehingga industri ini memberikan kontribusi yang positif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menambahkan ajang ini bisa memacu kinerja sektor makanan dan minuman di akhir tahun ini. Apalagi industri makanan dan minuman di semester I masih tumbuh melambat akibat adanya pagelaran pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.
"Menurut saya industri makanan dan minuman bisa tumbuh lebih cepat lagi. Saya belum puas kalau tumbuh 8%, ditargetkan Kemenperin 9% pasti tercapai (tahun ini) dan tahun depan akan tumbuh lebih tinggi lagi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News