kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri mamin domestik siap unjuk gigi di SIAL Intefood 2019


Senin, 11 November 2019 / 19:20 WIB
Industri mamin domestik siap unjuk gigi di SIAL Intefood 2019


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri makanan dan minuman siap unjuk gigi pada pameran berskala internasional Salon International de I'alimentatoon (SIAL) Interfood kali ini. Pasalnya, dari 880 perusahaan yang berpartisipasi 65% di antaranya merupakan perusahaan lokal sedangkan sisanya berasal dari 30 negara.

Adapun perusahaan asing yang berpartisipasi berasal dari Australia, Argentina, Belanda, Belgia, Tiongkok, Uni Emirates Arab, Ekuador, India, Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Kuwait, Lithuania, Malaysia, Mesir, Palestina, Pakistan, Perancis, Polandia, Arab Saudi, Singapura, Taiwan, Turki, Timor Leste, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam dan Yunani.

Baca Juga: Dihelat pekan ini, SIAL Interfood bidik transaksi Rp 500 miliar

Abdul Rochim, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian menyampaikan pameran ini menjadi ajang pemain industri mamin lokal untuk menunjukkan inovasi serta memasarkan produknya ke global. Apalagi tidak hanya perusahaan skala besar, banyak pelaku UMKM yang juga turut serta dalam SIAL Interfood tahun ini.

"65% lebih pelaku usaha makanan dan minuman Indonesia. Kalau kita melihat bukan hanya produk makanan dan minuman luar negeri, tetapi produk-produk dan inovasi perusahaan Indonesia," ujarnya di Jakarta, Senin (11/11)

Apalagi ajang ini juga bisa meningkatkan ekspor produk makanan dan minuman karena banyaknya peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan pelaku industri lokal. Terdapak 28 sektor mulai dari produk susu dan telur, keju, daging, ikan, bakery, teh, kopi hingga mesin pengolahan makanan dan minuman terbaru.

"Kami dorong industri makanan dan minuman untuk menerapkan teknologi terbaru. Misalnya untuk prediksi kapan industri makanan dan minuman melakukan perbaikan termasuk distribusinya untuk bisa terapkan industri 4.0," lanjutnya.

Baca Juga: Tahun 2020, Perinus optimistis raih pendapatan bersih Rp 1,2 triliun

Daud D Salim, CEO PT Kristamedia Pratama sebagai penyelenggara menyebut cukup banyak perusahaan berskala UMKM yang ikut berpartisipasi. Hal ini karena keinginan pelaku UMKM untuk naik kelas menjadi perusahaan besar dan mampu melakukan ekspor produknya ke berbagai negara lain.

"Hampir 100 lebih perusahaan kelas UMKM yang ikut, dari pameran ini mereka bisa naik kelas. Ada yang tadinya petani jadi pengusaha tani yang setelah ikut pameran ini mereka mendapatkan order dari Cina," ujarnya.

Vita Datau, Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menambahkan ajang pameran makanan dan minmuan internasional ini akan bermanfaat bagi pengusaha berskala UMKM. Pasalnya, ajang ini merupakan momentum produk-produk mereka unjung gigi kepada dunia internasional.

"Peran SIAL Interfood kita akan belajar banyak dari negara lain yang menjadi benchmarking. Jadi UMKM kita pasti akan belajar bagaimana cara mengemas dan mengolah makanan minuman. Selain itu di ajang ini juga bisa menjalin networking dengan orang-orang yang tepat dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang," ujarnya.

Baca Juga: Meski Indomie jadi ramen terenak dunia, ini bahayanya jika dimakan tiap hari

Asal tahu saja, sampai dengan kuartal III 2019, ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit menembus angka US$ 19,31 miliar. Sedangkan untuk nilai impor hanya US$ 8,78 miliar sehingga industri ini memberikan kontribusi yang positif terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menambahkan ajang ini bisa memacu kinerja sektor makanan dan minuman di akhir tahun ini. Apalagi industri makanan dan minuman di semester I masih tumbuh melambat akibat adanya pagelaran pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.

"Menurut saya industri makanan dan minuman bisa tumbuh lebih cepat lagi. Saya belum puas kalau tumbuh 8%, ditargetkan Kemenperin 9% pasti tercapai (tahun ini) dan tahun depan akan tumbuh lebih tinggi lagi," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×