Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Meski terus dihimpit oleh banyaknya regulasi dan kompetitor asing, industri mebel furnitur masih berupaya mematok target nan tinggi. Industri mebel tahun depan masih menangguk harapan besar ke ekspor.
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mendorong pelaku industri untuk meningkatkan jumlah ekspor. Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi & Hubungan Antar Lembaga HIMKI, Abdul Sobur masih optimistis target tahun ini angka ekspor US$ 2,1 miliar tercapai . Namun realisasinya sampai November baru sekitar US$ 1,75 miliar.
"Biasanya Desember ada kenaikan cukup signifikan sebab ada kegiatan pameran September yangg realisasi ekspornya desember," kata Abdul saat dihubungi KONTAN Kamis (29/12).
Tahun depan HIMKI sudah pasang kenaikan target sebesar US$ 2,2 milyar untuk ekspor mebel dan kerajinan sebanyak US$ 900 juta dari kerajinan.
Sebenarnya HIMKI punya target ekspor hingga US$ 5 miliar pada 2019. Dengan komposisi US$ 3,5 miliar dari industri mebel dan US$ dari 1,5 miliar dari industri kerajinan. Artinya per tahun pertumbuhan harus bisa mencapai kenaikan 15%. Sementara saat ini baru 4%.
Namun persaingan dengan negara Asia lain seperti China dan Vietnam tetap menjadi cerita lain. Menurut HIMKI, realisasi ekspor Malasysia bisa mencapai US$ 2,5 miliar per tahun dan Vietnam bahkan bisa US$ 7,2 miliar per tahun.
Regulasi dan infrastrutkur negara tersebut pun sudah jauh lebih siap sehingga bisa membuat daya saing lebih kompetitif. Alhasil pelaku industri dalam negeri bahkan ada yang menutup operasinya dan memilih untuk pindah berinvestasi di Vietnam.
Beberapa pabrik anggota HIMKI ada yang tutup dan pindah ke Vietnam yakni Wood World Indonesia (WWI) yang merupakan PMA Taiwan dengan omzet US$ 50 juta-US$ 60 juta per tahun. Kedua, Mithland Smith juga pindah ke Vietnam dengan omzet tahunan sebanyak US$ 10 juta-US$ 15 juta.
"Mereka pindah lantaran di Vietnam lebih menjanjikan semua kemudahan. Vietnam punya regulasi hebat yang dibuat pemerintah untuk memberi ruang efisiensi tinggi hingga akhirnya daya saing menguat," kata Abdul.
Oleh karena itu, Komite Ekonomi dan Industri, HIMKI sudah mengusulkan sejumlah regulasi yang harus diperbaiki untuk capai target ekspor. Mulai dari penghapusan pajak untuk ekspor, bunga bank pinjaman yang dikurangi dan juga aturan penegakan hukum.
HIMKI pun tidak menolak adanya investasi asing masuk. Menurut Abdul, China masih jadi investor yang berminat karena UMR negaranya cukup tinggi. Namun umumnya 95% investor China lari ke Vietnam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News