Reporter: Nurmayanti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Produsen gula rafinasi mendesak pemerintah membuka lebih besar lagi keran impor gula mentah atau raw sugar yang menjadi bahan baku gula rafinasi. Alasannya, permintaan gula rafinasi di dalam negeri sedang meningkat.
Permintaan gula rafinasi ini meningkat karena pelaku industri makanan dan minuman sudah mulai menggenjot produksinya pada kuartal kedua. Melihat tren ini, produsen menilai, kuota izin impor raw sugar tahun ini yang sebanyak 930.000 ton masih kurang. "Akibat keterbatasan bahan baku, utilisasi pabrik hanya 60% saja," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (Agri) M, Yamin Rachman, Rabu (29/4).
Saat ini, papar Yamin, total kebutuhan gula rafinasi industri makanan dan minuman berkisar 2,105 juta ton. "Kalau kebutuhannya sebesar itu, pasokan raw sugar seharusnya juga relatif sama," katanya.
Menurut Yamin, pembatasan impor raw sugar membuat produksi gula rafinasi menurun dalam dua tahun terakhir. Pada 2007, produksi mencapai 1,4 juta ton, tapi tahun lalu jumlah itu tinggal 1,1 juta ton.
Selain jatah impor, produsen juga terbentur harga. Kini, harga raw sugar mencapai US$ 0,14 per kilogram (kg). Dengan harga bahan baku sebesar ini, harga gula rafinasi sekitar Rp 6.400 per kg. Beberapa bulan silam, harga raw sugar masih US$ 0,13 per kg.
Pengusaha makanan dan minuman mengakui, saat ini harga gula rafinasi dan gula putih naik. Namun, mereka belum menaikkan harga jual produk. Pengusaha yakin, "Harga akan kembali stabil hingga musim panen tebu tiba pada Mei atau Juli nanti," papar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Thomas Darmawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News