Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Program hilirisasi kelapa sawit terutama produksi oleokimia membutuhkan dana investasi US$ 800 juta hingga tahun 2015. Dengan investasi sebesar itu, produksi oleokimia di Indonesia ditargetkan bisa mencapai 2 juta ton per tahun.
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Aryan Warga Dalam mengatakan sebagai negara produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia, Indonesia harus meningkatkan pemanfaatan CPO sebagai bahan baku di dalam negeri. "Perlu percepatan program hilirisasi produk CPO untuk diolah menjadi bahan yang bernilai tambah tinggi," ungkap Aryan baru-baru ini.
Aryan mengatakan pemanfaatan CPO sebagai bahan baku baru mencapai 30 jenis produk turunan. Untuk industri pangan di antaranya minyak goreng, margarin, shortening dan Cocoa Butter Subtitutes (CBS). Sedangkan industri non pangan di antaranya fatty acids, fatty alcohol, glycerin dan alkohol.
Pemanfaatan CPO sebagai bahan baku industri, menurut Aryan, akan memberi efek ganda seperti penguatan struktur industri, peningkatan nilai tambah, perluasan lapangan kerja dan peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah. Untuk pengembangan industri oleokimia sendiri, Aryan mengatakan investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 800 juta hingga tahun 2015 nanti.
Kepala Seksi Standardisasi dan Teknologi, Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Lila Harsyah Bakhtiar mengatakan target investasi US$ 800 tidak akan sulit dicapai. Maklum,saat ini saja sudah ada beberapa perusahaan yang tengah berinvestasi untuk menggarap produk turunan CPO. "Salah satunya Wilmar yang akan membangun pabrik minyak sawit terintegrasi dengan nilai investasi sebesar US$ 900 juta," kata Lila.
Wilmar sendiri sudah mengakuisisi tanah dan tengah memulai konstruksi pabrik di Gresik. Selain membangun pabrik, Wilmar juga akan membangun pelabuhan sebagai pendukungnya. Selain Wilmar, pembangunan pabrik oleokimia juga tengah dilakukan oleh PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) yang sebelumnya telah mengakuisisi PT Flora Sawita Chemindo dari Grup Domba Mas.
Industri oleokimia di Indonesia, menurut Lila, baru memproduksi oleokimia dasar yaitu fatty acids, fatty alcohol, glycerin dan biodiesel. Kapasitas produksi yang dimiliki saat ini untuk fatty acids sebesar 983.000 ton per tahun, fatty alcohol sebesar 500.000 ton per tahun, glycerin sebesar 142.000 ton per tahun dan biodiesel sebesar 3,4 juta ton per tahun. "Utilisasinya sendiri belum maksimal karena ada dua pabrik yang tidak aktif," kata Lila.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News