kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri otomotif perlu membangun ekosistem bisnis mobil listrik


Selasa, 26 November 2019 / 21:25 WIB
Industri otomotif perlu membangun ekosistem bisnis mobil listrik
ILUSTRASI. Johnny Darmawan Danusasmita. FOTO ANTARA/Rosa Panggabean/Spt/12. FOTO ANTARA/Rosa Panggabean/Koz/12.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri otomotif harus bersiap menghadapi tren kendaraan listrik di masa mendatang. Saat regulasi pendukungnya tengah disusun, para pelaku industri berusaha menciptakan ekosistem kendaraan listrik agar bisnisnya tetap berkelanjutan.

Doddy Rahadi, Direktur Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan bahwa Peraturan Presiden (Perpres) No 55 Tahun 2019 yang mengatur percepatan Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) berbasis baterai telah mengatur tingkat penggunaan komponen dalam negeri.

Baca Juga: Pertamina siap wujudkan outlook green energy 2050

Adapun saat ini Kemenperin tengah fokus mendorong keberadaan industri baterai kendaraan listrik. Dimana saat ini pabrikan baterai di Morowali dengan nilai investasi Rp 44 triliun tersebut tengah menunggu kajian amdal.

Sementara itu, Johnny Darmawan, Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Industri menyebutkan bahwa untuk membangun industri tak segampang hanya berinvestasi membangun pabrik.  "Ada banyak segi yang mesti diurus, mulai dari baterainya sampai stasiun pengisian, hal ini tidak mudah," terangnya, Selasa (26/11).

Lebih lanjut ia menjelaskan, lantaran rumit ia memaklumi kalau regulasi turunan berbentuk peraturan menteri (permen) yang masih belum terbit, mengingat program KBL melibatkan lintas kementerian. Namun Johnny optimistis aturan tersebut dapat rampung, sebab para pelaku industri menunggu-nunggu petunjuk teknis tersebut.

Baca Juga: Chile janjikan aturan yang lebih atraktif untuk investor Indonesia

Apalagi pemerintah membidik porsi penjualan mobil listrik mencapai 20% dari pasar mobil di tahun 2025 nanti. Johnny berharap ada proses transisi agar industri baru ini dapat mendarat mulus di tengah pasar otomotif nasional. 

Belum turunnya regulasi lanjutan tampaknya membuat Agen Pemegang Merek (APM) Toyota belum mengumumkan jenis mobil listrik yang akan diusung.

Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager Toyota Astra Motor (TAM) mengaku bahwa perusahaan sudah memiliki beragam jenis mobil listrik, mulai dari hybrid hingga full elektrik.

Baca Juga: Pengamat: Masuknya swasta tidak menjamin harga avtur terjangkau

"Kami masih menimbang, diskusi dengan pemerintah (model) apa yang dibutuhkan di Indonesia. Karena pasar di sini beda dengan di luar negeri," sebutnya. Sementara itu Mitsubishi Motor Kramayudha Sales Indonesia (MMKSI) sudah mulai menjual jenis Outlander Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) pada pertengahan tahun ini.

Adapun importasi Mitsubishi Outlander PHEV yang sudah dipesan dilakukan secara bertahap sejak awal November 2019. Irwan Kuncoro, Direktur Pemasaran MMKSI bilang target utama saat ini bukan volume penjualan melainkan sosialisasi ke pasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×