kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri Pakan Khawatir Tak Dapat Kuota


Jumat, 11 April 2014 / 07:10 WIB
Industri Pakan Khawatir Tak Dapat Kuota
ILUSTRASI. Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay


Reporter: Handoyo | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Keputusan pemerintah memberlakukan sistem kuota impor tepung terigu pada tahun ini membuat produsen pakan ikan dan udang (aquakultur) menjadi khawatir. Pasalnya, selama ini produsen pakan tersebut juga menggunakan terigu impor sebagai bahan baku pakan.

Denny D Indradjaja, Ketua Pakan Aquakultur Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengatakan, industri pakan aquakultur khawatir pembatasan impor terigu akan membuat industri ini kalah bersaing dengan industri pangan untuk mendapatkan terigu impor. Makanya, "Kami berharap kebijakan ini dikecualikan untuk industri pakan ternak," ujarnya Kamis (10/4).

Berdasarkan catatan GPMT, kebutuhan terigu untuk industri pakan mencapai 200.000 ton per tahun. Dalam produksi industri pakan aquakultur, porsi terigu sekitar 20% dari total bahan baku yang digunakan. Terigu digunakan sebagai bahan baku perekat.

Sayangnya, Kementerian Perdagangan belum memberikan tanggapan ketika KONTAN ingin mengonfirmasi mengenai spesifikasi terigu yang akan dibatasi kuota impornya tahun ini.

Menurut Denny industri pakan aquakultur masih bergantung pada terigu impor. Pasalnya, pasokan terigu impor lebih stabil ketimbang dari produsen terigu lokal. Selama ini, produksi terigu untuk pakan oleh industri lokal masih baru sekitar 5% dari total terigu yang diproduksi untuk konsumsi sekitar 6 juta ton - 7 juta ton per tahun. "Di dalam negeri produksi terigu feed grade (untuk industri non pangan) masih sebagai produk sampingan," kata Denny.

GPMT mengusulkan opsi agar kebijakan yang akan efektif diterapkan 4 Mei 2014 ini tidak merugikan produsen pakan aquakultur dan industri terigu nasional. Salah satu opsinya adalah tidak membatasi izin impor terigu feed grade bagi impotir produsen. Sehingga, produsen pakan aquakultur akan lebih kompetitif. "Yang kami harapkan kandungan gluten tinggi dan harga terjangkau," kata Denny.

Selama ini, beberapa negara produsen terigu untuk pakan antara lain dari Turki dan India. Saat ini harga terigu non pangan dari India Rp 4.500 per kilogram (kg) dan dari Turki Rp 4.700 per kg. Sementara terigu non pangan produksi lokal sekitar Rp 5.000 per kg.

Sayangnya, Denny belum bisa memastikan dampak pembatasan kuota impor terigu terhadap harga jual pakan aquakultur. Kini, harga pakan ikan rata-rata Rp 6.000 per kg-Rp 7.000 per kg dan pakan udang Rp 10.000 per kg-Rp 12.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×