Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kebijakan Pemerintah untuk memperketat impor jagung sejak tahun lalu ternyata mendorong sejumlah industri pakan ternak tanah air untuk menyerap produksi lokal dan menambah fasilitas infrastruktur seperti silo atau gudang dan dryer atau mesin pengering.
Sepanjang tahun 2016, industri pakan ternak telah menyerap jagung lokal sebanyak 4,2 juta ton. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya yang hanya 4 juta ton. Dengan adanya fasilitas gudang yang memadai, diharapkan over supply jagung saat panen raya dapat disimpan dalam waktu lama.
Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) mencatat, terdapat tiga perusahaan yang tengah merintis pembangunan gudang baru di tahun ini. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, dan PT Cheil Jedang Superfeed (CJ Superfeed). GPMT juga tengah mendata perusahaan lain yang mungkin memiliki rencana serupa.
Grup Japfa Comfeed berencana menambah enam silo baru di tahun ini, total kapasitas penyimpanannya sebesar 42.000 ton. "Rata-rata kapasitas satu silo sekitar 7.000-an ton," terang Johan, Koordinator Pembelian Wilayah Barat Japfa Comfeed. Ia menjelaskan biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun satu silo cukup beragam, tergantung kapasitasnya, yakni sekitar 170 – 220 US$ per ton.
Charoen Pokphand Grup juga berencana menambah silo dan dryer di tahun ini. “Silo dan dryer baru akan kami bangun di Cirebon dan Semarang. Kapasitas silo sekitar 15.000 sampai 25.000 ton. Sedangkan dryernya 700 – 1.000 ton per hari,” terang Desianto Budi Utomo, Vice President Charoend Pokphand Indonesia (CPIN).
Produsen pakan CJ Group berencana membangun satu pabrik pakan baru di Semarang dan Kalimantan Selatan yang dilengkapi silo. CJ juga berencana menambah silo dan mesin pengering di Medan dan Lampung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News