Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sektor pariwisata masih mencatat tren positif hingga akhir Juli 2025. Namun ke depan, industri ini masih menghadapi beragam tantangan. Apalagi dengan maraknya aksi massa di Tanah Air.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisata mancanegara (wisman) pada Juli 2025 naik 13,01% secara tahunan (YoY) menjadi 1,48 juta kunjungan. Secara kumulatif sejak awal tahun jumlahnya tembus 8,53 juta kunjungan, tumbuh 10,04% YoY. Sementara itu, perjalanan wisata domestik kumulatif Januari–Juli tumbuh 19,25% YoY menjadi 713,98 juta perjalanan.
Ketua Umum Asosiasi Biro Perjalanan dan Wisata Indonesia (ASITA) Budi Ardiansjah mengaku tren tersebut relatif sejalan dengan kondisi di lapangan.
"Di pertengahan tahun memang terjadi kenaikan kunjungan wisman ke Indonesia, terutama dari Australia dan China, meskipun destinasi yang dikunjungi masih terpusat di Bali," kata Budi kepada Kontan, Rabu (3/9/2025).
Baca Juga: Pariwisata RI Melejit: 1,48 Juta Wisman Juli 2025
Lebih lanjut, Budi bilang segmen leisure masih menjadi pendorong utama. Namun, ke depan ia berharap segmen MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dapat lebih berkembang karena mampu mendorong mass tourism.
"Memang tidak semua daerah memiliki venue yang memadai, tapi saya yakin ada kenaikan seiring beberapa event internasional yang diselenggarakan," jelasnya.
Masih hadapi tantangan
Namun, tren positif dari sisi kunjungan dan perjalanan pariwisata rupanya tak langsung mendorong kinerja pelaku usaha secara signifikan. Budi mengaku dampak positif gelombang pariwisata ini tertahan sejumlah hal, termasuk beban pajak yang berisiko kian diperparah dengan polemik royalti. Dus, beban operasional berisiko membengkak.
Di luar itu, sejumlah faktor lain turut menekan margin. Misalnya di beberapa daerah, kelangkaan BBM masih menjadi kendala dalam operasional perjalanan. Selain itu, menjamurnya biro perjalanan liar yang tidak terdaftar menambah kompleksitas persaingan.
Industri baru-baru ini juga dihadapkan pada sentimen negatif dari luar negeri. Gelombang aksi massa yang berujung anarkis beberapa hari terakhir membuat sejumlah negara mengeluarkan travel warning ke Indonesia.
"Ini berpotensi merugikan citra pariwisata Indonesia dan bisa menurunkan jumlah kunjungan. Kita harus bisa menyampaikan pesan bahwa Indonesia masih aman untuk dikunjungi," sebut Budi.
Baca Juga: Rata-Rata Lama Tamu Menginap di Hotel versi BPS: Bali vs Jakarta
Sebagai langkah antisipasi, Budi menilai perlu kembali digencarkan promosi tepat sasaran, baik melalui sales mission maupun kampanye internasional. Jika situasi dalam negeri kembali kondusif, ASITA harap pada Oktober bisa terjadi rebound," jelasnya.
Untuk prospek hingga akhir tahun, Budi optimistis industri pariwisata tetap tumbuh dibanding tahun sebelumnya. Ia memperkirakan pertumbuhannya dapat mencapai 15% sepanjang 2025.
"Selama kondisi stabil, tren pertumbuhan masih akan berlanjut," tandasnya.
Selanjutnya: Jangan Minum Es Teh Setelah Makan ya, Ini Dampaknya Kata Ahli
Menarik Dibaca: Jangan Minum Es Teh Setelah Makan ya, Ini Dampaknya Kata Ahli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News