Reporter: Abdul Basith | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Kinerja industri bubur kertas (pulp) dan kertas di dalam negeri berpeluang tumbuh, karena permintaan di pasar global meningkat. Peningkatan permintaan dipengaruhi kenaikan biaya konversi dari bubur kertas menjadi kertas.
"Situasi ini menguntungkan Indonesia yang memiliki sejumlah industri bubur kertas dan kertas yang terintegrasi," ujar Rusli Tan, Pengamat Industri Bubur Kertas dan Kertas dalam siaran pers, Senin (14/8). Integrasi industri bubur kertas dan kertas membuat biaya lebih murah.
Sementara, di luar Indonesia, masih banyak industri yang terpisah. Konversi bubur kertas menjadi kertas memakan biaya mencapai US$ 250 per ton.
Namun, menurut Rusli, pengelolaan industri yang terintegrasi memerlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk berkembang. Pasalnya, pengelolaan dari Hutan Tanaman Industri (HTI) hingga menjadi kertas bukan hal mudah. Bahkan, ia mencontohkan, perusahaan yang dikelola oleh pemerintah tak dapat bertahan.
Selain itu, pengelola industri bubur kertas dan kertas dituntut untuk mencegah kebakaran lahan. Menurut Rusli, industri di Indonesia telah melakukan penjagaan HTI dengan lebih baik. Investor telah berkontribusi untuk mencegah kebakaran lahan.
"Terbukti areal pengelolaan HTI bebas dari kejadian kebakaran besar pada tahun 2016 hingga saat ini," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News