kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Industri Ritel Belum Terguncang Badai PHK, Aprindo Berharap Ini ke Pemerintah


Rabu, 13 November 2024 / 19:39 WIB
Industri Ritel Belum Terguncang Badai PHK, Aprindo Berharap Ini ke Pemerintah
ILUSTRASI. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut, sektor ritel masih mampu bertahan di tengah berbagai tantangan ekonomi, termasuk dari maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di sektor-sektor lain selama beberapa bulan terakhir.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut, sektor ritel masih mampu bertahan di tengah berbagai tantangan ekonomi, termasuk dari maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di sektor-sektor lain selama beberapa bulan terakhir. 

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan, industri ritel belum mengalami gelombang PHK seperti terjadi di industri padat karya, meskipun terjadi penurunan daya beli.

“Kami belum melakukan PHK karena ritel bukan sektor padat karya dan proses pelatihan karyawan ritel memerlukan waktu yang cukup lama. Alih-alih PHK, kami memilih melakukan efisiensi dengan langkah-langkah seperti relokasi atau rebranding gerai,” ujar Roy saat ditemui di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).

Ia menambahkan sejumlah ritel yang tutup lebih disebabkan strategi relokasi atau perubahan format bisnis dari hypermarket ke supermarket, bukan karena kebangkrutan perusahaan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ritel Semester II 2024 Berpotensi Melemah, Aprindo Beberkan Sebabnya

Roy mengakui deflasi selama lima bulan terakhir menekan daya beli masyarakat. Namun, dengan pemerintahan baru yang mulai mengaktifkan kembali berbagai program bantuan dan subsidi, seperti program makan bergizi, ada harapan bahwa daya beli masyarakat akan kembali terjaga.

Program-program ini diharapkan dapat menarik tenaga kerja yang terdampak PHK untuk kembali bekerja.

Aprindo berharap pemerintah baru dapat menunda kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% selama satu hingga dua tahun ke depan. Menurut Roy, kebijakan ini perlu ditangguhkan agar daya beli masyarakat dapat pulih terlebih dahulu, sehingga pertumbuhan ritel dapat terjaga. 

Baca Juga: Sektor Konsumer Diproyeksi Bakal Meningkat Ditopang Momentum Pilkada dan Nataru

Selain itu, Aprindo juga mengusulkan pemerintah mempertimbangkan pemberian subsidi upah, subsidi suku bunga, dan subsidi pajak untuk mendukung stabilitas industri ritel dan mendorong konsumsi rumah tangga.

“Outlook 2025 sangat bergantung pada kinerja kabinet baru ini. Kami berharap adanya langkah-langkah konkret dari pemerintah untuk melindungi daya beli masyarakat serta menjaga stabilitas harga,” tambah Roy. 

Aprindo optimis dengan dukungan kebijakan pemerintah, sektor ritel dapat terus berkontribusi dalam menjaga perekonomian.

Selanjutnya: KAI Angkut 57 Juta Ton Barang Periode Januari hingga Oktober 2024

Menarik Dibaca: 4 Resep Minuman Herbal untuk Melancarkan Haid, Aman dan Mudah Dibuat!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×