Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Dampak pelambatan ekonomi global masih dirasakan oleh industri serat sintetis. Akibat lesunya permintaan, pertumbuhan industri serat sintetis selama semester I-2013 stagnan.
Redma Gita Wiraswasta, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (Apsyfi) menuturkan, kelesuan ekonomi global sangat berpengaruh pada kinerja industri serat sintetis. "Dampaknya masih terasa sampai semester I-2013," ujar pria yang biasa dipanggil Gita ini, Selasa (3/9).
Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, volume produksi serat sintetis domestik hanya 475.000 ton. Jumlah ini tak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun lalu.
Hingga akhir tahun ini, Apsyfi berharap produksi serat sintetis domestik masih bisa lebih baik atau setidaknya sama dengan tahun lalu. Sebagai gambaran, di tahun 2012, produksi serat sintetis hanya 556.000 ton, lebih rendah dari perkiraan awal yang sebanyak 580.000 ton.
Meski saat ini mulai ada perbaikan kondisi ekonomi di Amerika Serikat, namun Gita bilang, permintaan serat sintetis dari AS belum naik signifikan. Setali tiga uang, kondisi ekonomi Eropa yang masih redup juga berimbas pada penurunan ekspor ke kawasan itu. Gita mengklaim, penjualan serat sintetis ke Eropa anjlok hingga 30%.
Pasar ekspor serat sintetis yang lesu ini diperparah dengan perlambatan ekonomi China yang membuat produk serat sintetis dari negara tirai bambu itu tak bisa diserap oleh pasar domestiknya. Alhasil, banyak produk serat sintetis dari China yang dipasarkan ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Celakanya, produk serat sintetis asal China ini memasang harga yang lebih miring ketimbang produk serat sintetis lokal. Sehingga, industri dalam negeri harus berjuang keras untuk mempertahankan penjualannya.
Pasokan serat sintetis asal China yang membanjir juga berimbas pada kinerja PT Asia Pacific Fibers Tbk. Sebab, "Kelebihan pasokan serat sintetis dari China membuat harga serat sintetis tertekan," kata Tunaryo, Sekretaris Perusahaan Asia Pacific Fibers.
Selain bersaing dengan produk impor, industri serat sintetis juga harus bersaing dengan alternatif bahan baku tekstil lainnya yakni kapas yang saat ini harganya justru turun. Artinya, industri ini harus menghadapi dua persaingan sekaligus.
Hingga semester I-2013, Asia Pacific Fibers hanya membukukan pendapatan US$ 297,53 juta, turun 5,08% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Pada semester I-2013, Asia pacific Fibers mencatatkan rugi bersih US$ 29,95 juta, lebih tinggi ketimbang rugi bersih semester I-2012 yang sebesar US$ 14,53 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News