kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Infrastruktur jadi tantangan pemanfaatan gas di sektor kelistrikan


Kamis, 02 September 2021 / 15:53 WIB
Infrastruktur jadi tantangan pemanfaatan gas di sektor kelistrikan
ILUSTRASI. Jaringan pipa Gresik-Semarang memasok gas untuk PLTG Tambak Lorok milik PLN


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyebut upaya mendorong pemanfaatan gas di sektor ketenagalistrikan masih menemui sejumlah kendala.

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Evy Haryadi mengungkapkan kebutuhan gas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sejatinya diproyeksi bakal terus meningkat hingga 2030 jika merujuk pada Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang tengah disusun.

Proyeksi konsumsi gas untuk PLTG diprediksi meningkat dari 364 Tera British Thermal Unit (TBTU) saat ini menjadi 546 TBTU pada 2030 mendatang.

Kendati demikian, Haryadi mengungkapkan pemanfaatan gas masih menemui sejumlah kendala antara lain infrastruktur pipa gas serta persoalan komitmen jangka panjang untuk Liquified Natural Gas (LNG).

Baca Juga: Pemerintah siap guyur insentif untuk menarik minat investasi hulu migas

"Problem utama adalah gas ini terkait dengan pipa ini ada keterbatasan-keterbatasan, sementara jika terjadi kelangkaan batubara kalau menggunakan LNG harus komitmen jauh-jauh hari," jelas Haryadi dalam Gelaran IPA Convex 2021, Kamis (2/9).

Haryadi menjelaskan, kendala infrastruktur pipa membuat pengiriman gas ke pembangkit sulit dilakukan. Apalagi, PLN saat ini berencana melakukan konversi 52 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit berbahan bakar gas. Program ini ditargetkan rampung dalam dua tahun.

Haryadi mengungkapkan, lokasi PLTD yang mayoritas tersebar di Indonesia Timur membuat upaya distribusi gas membutuhkan metode dan infrastruktur yang lebih kompetitif ketimbang metode lainnya. Selain itu, diakui jumlah permintaan gas pun tidak begitu besar.

Sementara itu, Haryadi memastikan upaya penyediaan energi oleh PLN difokuskan pada tiga poin utama yakni keamanan energi, keterjangkauan energi dan keberlanjutan lingkungan hidup. "Kalau bicara lingkungan hidup, Energi Baru Terbarukan (EBT) lebih baik dari gas. Kalau masalah keamanan tentu di gas (lebih baik)," jelas Haryadi.

Baca Juga: Begini harapan pelaku usaha dalam pengembangan hilirisasi batubara

Sementara itu, mengenai aspek keterjangkauan, Haryadi menilai hal ini erat kaitannya dengan harga listrik yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan kalkulasi mana energi yang lebih kompetitif antara PLTG dan Pembangkit EBT. 

Haryadi melanjutkan, penyedia gas dihadapkan dengan tantangan untuk bisa menyediakan solusi harga yang lebih terjangkau bagi PLN. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×