Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui saat ini sudah ada tiga proposal dari Inggris dan Belanda yang sudah masuk untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL).
Sedikit memberikan gambaran mengenai PLTAL, pembangkit ini akan mengkonversi energi arus laut menjadi listrik.
Pada dasarnya, arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut, sehingga arus laut memiliki energi kinetik yang dapat digunakan sebagai tenaga penggerak rotor atau turbin pembangkit listrik.
Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengungkapkan, memang saat ini belum ada PLTAL yang beroperasi di Indonesia, jadi masih 0 GW. Namun sudah ada tiga proposal yang masuk ke Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dan Kementerian ESDM untuk mengembangkan PLTAL.
Baca Juga: Jika Pasokan Gas Rusia Terhenti, Badan Industri Prediksi Jerman Bakal Hadapi Resesi
“Tiga proposal itu dari perusahaan luar negeri, Inggris dan Belanda,” jelasnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (19/9).
Dadan mengatakan ketiga proposal itu sedang dibahas lebih jauh oleh Kemenkomarves dan PT PLN perihal cara mengeksekusinya. Pihaknya sudah bersepakat minimal ada satu pembangkit yang skalanya harus komersial (pilot project commercial) sebagai percontohan.
Sudah ada beberapa lokasi yang saat ini dipertimbangkan untuk pengembangan pembangkit arus laut yakni di Larantuka Flores Timur, Alor NTT, Selat Bali, dan banyak potensi di Riau. “Ada beberapa potensi yang coba kita lihat,” ujarnya.
Dadan menjelaskan, berhubung proyek ini akan dibuat di luar pulau Jawa maka demand listriknya tidak besar. Maka dari itu akan dilihat kombinasi yang paling cocok antara kapasitas pembangkitnya dan keekonomian proyeknya. Idealnya kan semakin besar kapasitas pembangkitnya, proyek makin ekonomis.
Baca Juga: Inovasi Teknologi Solar & Turbin Pelajar Indonesia Memenangkan Kompetisi Schneider
“Tetapi kalau besar kan gada juga yang butuh listrik di pulau tersebut, makanya lagi dicari kapasitasnya berapa. Kemungkinan 5 MW hingga 10 MW supaya skalanya nendang, kalo terlalu kecil tidak bisa diukur keekonomiannya,” terangnya.
Sejatinya, sudah cukup lama Indonesia meneliti potensi pembangkit arus laut. Penelitian karakteristik arus laut diawali pada 2005 oleh Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL) dengan Program Studi Oceanografi ITB.
Kabar terkini, pada 2020 P3GL Badan Litbang Kementerian ESDM melakukan penelitian dalam rangkaian pra feasibility study (pra FS) pemanfaatan arus laut dalam pembangkit listrik tenaga arus laut, di Selat Pantar, Nusa Tenggara Timur.
Tim saat ini telah menyelesaikan tahapan pengunduhan data kecepatan arus (sementara) dari alat ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler) untuk mendapatkan data kecepatan arus laut selama 30 hari atau 1 bulan di Selat Pantar, Nusa Tenggara Timur.
Salah satu lokasi yang memiliki potensi energi laut cukup besar adalah perairan Selat Pantar, NTT. Berdasarkan penelitian P3GL pada 2011, selat ini memiliki kecepatan arus rata-rata cukup deras, sekitar 2 m/s, sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber pembangkit listrik.
Baca Juga: Ekonomi Hijau Membutuhkan Sokongan Insentif dan Pembiayaan
Lokasi Selat Pantar dipilih karena berada di luar Pulau Jawa, sesuai dengan kegiatan prioritas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas 2020-2024).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan pemerintah pusat dan daerah, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, PT PLN,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi, dan Independen Power Producer (IPP), serta instansi terkait lainnya dalam upaya pemanfaatan energi baru terbarukan khususnya energi arus laut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News