Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan, Wika Bitumen akan fokus pada pengembangan aspal ekstraksi untuk memenuhi kebutuhan aspal di Indonesia. Selain membangun mini plant yang akan dioperasikan pada kuartal I/2018, perusahaan juga akan mencari partner untuk terus menambah pabrik.
Adapun saat ini perusahaan sudah menggandeng investor China untuk membuat joint venture company. Namun begitu, Wika Bitumen tak berhenti bergerak, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk ini juga berniat untuk membangun pabrik aspal ekstraksi sendiri dengan kapasitas yang sama dengan hasil joint venture investor China, yakni mencapai 66.000 ton per tahun.
"Saat ini kita sedang mencari partne juga karena kebutuhan di Indonesia Timur masih cukup besar," ujar Arifin saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (18/12).
Arifin menyebut, harga jual produk aspal ekstraksi jauh lebih mahal dibandingkan produk bahan mentah. Menurutnya, 1 ton aspal ekstraksi harga jualnya mencapai US$ 500, sementara produk bahan baku hanya berkisar US$ 25 dollar. "Makanya kita bisa loncat dengan mengembangkan ini," ungkap dia.
Selama ini dalam proses penjualannya, Wika Bitumen selalu menggarap pasar ekspor. Dengan memproduksi aspal ekstraksi, perusahaan bakal memenuhi 100% kebutuhan aspal dalam negeri.
Sebagai gambaran, WIKA mulai memasuki bisnis Aspal Alam setelah mengakuisisi PT Sarana Karya (Persero) pada akhir 2013.
Hingga saat ini, kapasitas produksi Wika Bitumen untuk produk bahan mentah kurang lebih mencapai 500.000 per tahun, sementara Asbuton Berbutir mencapai 20.000 ton per tahun.
Pada kuartal I/2018 nanti, perusahaan akan mulai mengoperasikan pabrik aspal ekstraksi dengan kapasitas 2.000 ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News