Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis jalan tol semakin dilirik pengusaha-pengusaha besar. Mereka menilai sektor infrastruktur, khususnya di jalan tol memiliki size unlimited.
General Manager Corporate Affairs PT Nusantara Infrastructure Tbk Deden Rochmawaty menyebutkan ketertarikannya pada jalan tol karena dulunya bisnis infrastruktur hanya dijalankan oleh BUMN saja. Sedangkan, kebutuhan infrastruktur di Indonesia itu luas, maka diperlukan kontribusi swasta juga untuk mendukung Pemerintah.
"Di sinilah kami melihat peluang tersebut untuk memulai bisnis melalui pembangunan dan pengoperasian jalan tol. Selain itu bisnis infrastruktur jalan tol ini sifatnya juga sangat resilient atau tidak gampang goyah," ujarnya kepada kontan.co.id, Rabu (11/11).
Dari sisi pendanaan, Deden menyebut banyak pihak-pihak yang tertarik diantaranya adalah pension fund maupun asuransi. Sehingga jumlah pendanaan itu bisa dalam jumlah yang besar untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dengan biaya yang tinggi dan jangka waktu pengembalian modal yang sangat lama atau panjang.
Kemudian, bisnis infrastruktur jalan tol mempunyai unlimited size. Terlebih, Indonesia luas dan terdiri dari banyak pulau, karena itu pihaknya menilai pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan sebagai akses/konektivitas ke berbagai daerah. "Itu menjadi peluang yang besar," tandasnya.
Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) segera berlakukan tarif terintegrasi tol Japek dan Japek II elevate
Hingga saat ini, perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham META itu telah mengoperasikan secara fungsional berbagai aset jalan tol yang dikelolanya.
Adapun, perusahaan saat ini memegang konsesi Ruas Jakarta Outer Ring Road (JORR) seksi W1 ruas Kebon Jeruk - Penjaringan; Tol BSD ruas Pondok Aren – Serpong; Tol Makassar Metro Network (MMN) menghubungkan Makassar ruas Pelabuhan Soekarno Hatta – Pettarani, Makassar; dan Tol (PT Jalan Tol Seksi Empat - JTSE) ruas Tallo – Bandara Hasanuddin, Makassar.
Senada, Group CEO Astra Infra Djap Tet Fa menuturkan dari point of investment, pihaknya melihat bahwa konektivitas menjadi suatu hak yang penting. "Dengan adanya infrastruktur itu akan terjadilah satu ekonomi yang tumbuh antara satu kota ke kota karena arus barang, orang, dan jasa akan bertumbuh sehingga terjadi satu pertumbuhan ekonomi," sebutnya.
Selain itu, perusahaan juga melihat adanya komitmen dari pemerintah, yang mana ada satu UU di tahun 2004 dikeluarkan yang mengatakan bahwa tarif jalan tol itu akan di tetapkan di UU dan itu bisa mendapatkan penyesuaian setiap 2 tahun sekali sesuai dengan inflasi setelah jalan tol memenuhi standar pelayanan minimal.
Baca Juga: Bisnis jalan tol mulai banyak dilirik konglomerat
Menurutnya, itu menjadi hal penting lantaran sebagai investor juga perlu melihat adanya jaminan return. Terlebih, investasi pada sektor infrastruktur jangka panjang dengan kebutuhan ekuitas yang tidak kecil.
"Untuk kami, ini merupakan suatu kesempatan yang baik dan Astra memang juga menjual mobil dan motor. Artinya, satu sisi, infrastruktur jalan itu penting dan juga merupakan satu hal yang nyata yang akhirnya saat konektivitas antar kota terkoneksi dengan baik, tentulah itu lambat laun pasti akan terbentuk karena akan ada ekonomi bertumbuh," tegasnya.
Hingga saat ini, Astra Infra mengelola 6 ruas jalan tol. Adapun keenam jalan tol tersebut, Tol Tangerang Merak (72,5 km) dengan share 79,31%; Tol kunciran Serpong (11,2 km) share 40%; Tol Cikopo Palimanan (116,8 km) share 55%; Tol Semarang Solo (72,6 km) share 40%; Tol Jombang Mojokerto (40,5 km) share 100%; dan Tol Surabaya Mojokerto (36,3 km) share 44,49%.
Selanjutnya: Jawaban United Tractors (UNTR) soal kabar anak usahanya ikut proyek jalan tol 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News