kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.489   45,00   0,29%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Ini Catatan dari Pengamat untuk Presiden Terpilih Agar Bisa Menekan Impor Pangan


Kamis, 15 Februari 2024 / 14:56 WIB
Ini Catatan dari Pengamat untuk Presiden Terpilih Agar Bisa Menekan Impor Pangan
ILUSTRASI. Petani memanen padi di Bogor, Jawa Barat, Selasa (13/2/2024). KONTAN/Baihaki/13/2/2024


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekerjaan rumah di sektor pangan menanti presiden terpilih pada pilpres 2024. Salah satunya adalah menekan angka impor pangan yang terus meningkat belakangan ini. 

Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian mengatakan tantangan terbesar bagi paslon adalah meningkatkan produksi pertanian dalam negeri. Dengan demikian, impor pangan dapat berkurang. 

Untuk itu diperlukan beberapa hal kebijakan strategis untuk mendorong peningkatan produksi. Pertama, memastikan kesejahteran petani utamanya petani kecil. 

"BUMN dan korporasi support petani kecil, saat tingkat kesejahteraanya diperhatikan, maka petani akan termotivasi untuk menanam dan berekspansi usahanya," kata Eliza pada Kontan.co.id, Kamis (15/2). 

Baca Juga: Jokowi: Kenaikan Harga Beras Bukan Karena Bansos

Selain itu, kebijakan anggaran pertanian juga harus ditingkatkan. Selama ini anggaran untuk pertanian masih belum optimal, terbukti dari anggaran Kementerian Pertanian yang tidak pernah masuk dalam 10 besar kementerian dengan anggaran terbesar. 

Keterbatasan anggaran membuat pengembangan program dan Sumber Daya Manusia (SDM) kurang optimal. SDM seperti penyuluh pertanian mestinya lebih banyak agar petani didampingi dan di mentor dengan perkembangan pertanian modern. 

"Anggaran penelitian dan pengembangan (R&D) pertanian mesti ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas. Jika tidak ada R&D akan sulit bagi sektor pertanian untuk bisa beradaptasi dengan dampak perubahan iklim," jelas Eliza. 

Kemudian, perbaikan satu data di sektor pertanian. Menurutnya, hal ini penting jika menyangkut dengan impor. Data akurat diperlukan untuk memastikan kebijakan impor dilakukan secara terukur dan tidak merugikan petani. 

"Selama ini data yang baru ada hanya produksi di tingkat petani. Sementara data di sepanjang rantai pasok lainnya belum ada yang real time," jelas Eliza. 

Menurutnya, pemerintah ke depan perlu membangun pemetaan data supply dan demand komoditas pangan dalam bentuk dashboard. Hal ini dapat memudahkan identifikasi mana daerah surplus dan mana daerah yang kekurangan. 

Baca Juga: Jokowi Minta Suplai Beras ke Pasar Terus Dilakukan

Data dari sisi supply dapat dilakukan dengan membangun basis data di kabupaten. Sementara data sisi demand dapat ditempuh dengan pemetaan kebutuhan jenis komoditas dan jumlah di masing-masing wilayah. 

Data ini digunakan untuk memasarkan hasil produksi pangan dari sentra produksi agar didistribusikan secara efektif dan efisien. 

Dengan demikian petani juga akan mendapatkan kepastian dari sisi harga karena pemasarannya sudah terarah dan jelas. Kepastian harga ini juga mendorong petani untuk meningkatkan produksi dan bisa menekan impor pangan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×