Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia ke depan akan sangat bergantung pada peningkatan atau penurunan proliferasi lockdown di China, khususnya terhadap sentra manufaktur.
“Selama sentra manufaktur di China masih bisa beroperasi normal, saya rasa efeknya terhadap laju PMI kita tidak akan terlalu signifikan begitupun sebaliknya,” katanya pada saat dihubungi oleh kontan.co.id, Minggu (8/5).
Shinta menjelaskan, apabila sentra produksi manufaktur China mengalami gangguan yang lebih besar, kemungkinan besar akan berimbas pada penurunan laju peningkatan kinerja manufaktur di Indonesia.
Baca Juga: Tepis Kasus di Luar Area Karantina, Shanghai Semakin Memperketat Penguncian Covid
Selain itu, jika ada penurunan kinerja manufaktur di China, menurut Shinta juga akan sangat mungkin mengganggu kinerja ekspor dan surplus neraca perdagangan di Indonesia. Dikhawatirkan ekspor besi, baja serta ekspor komoditi seperti batu bara ke cina juga akan cenderung menurun.
“Hal ini dikarenakan industri manufaktur nasional sedikit banyak tergantung pada ekspor dan supply input produksi manufaktur dan barang modal dari China. Namun kita untungnya sedikit tertolong dengan kenaikan harga komoditas global, khususnya untuk komoditas energi batubara dan CPO sehingga surplus dagang masih bisa dipertahankan,” jelas Shinta.
Sinta juga mengatakan kondisi ini berkemungkinan besar terhadap pelemahan rupiah, gangguan stabilitas supply dan harga komoditas global akan menjadi tekanan terhadap kinerja manufaktur dan pemulihan ekonomi nasional.
Bahkan dia menyebut, saat ini komunitas pelaku usaha nasional sudah sangat mewaspadai kecepatan inflasi nasional serta global agar tidak “out of control” atau “diekspor” ke Indonesia melalui perdagangan (penggelembungan beban impor).
“Apalagi di tingkat nasional ada isu tersendiri yang mendukung peningkatan kecepatan kenaikan inflasi nasional yang bisa berdampak sangat negatif terhadap suruh sektor usaha nasional, khususnya UMKM,” tadasnya.
Untuk Shinta berharap agar pemerintah dapat terus melakukan intervensi kebijakan yang sesuai untuk memastikan laju inflasi nasional dapat terus dijaga di level yang stabil, agar pelaku usaha yang masih berjuang untuk menormalisasi kinerja pasca dua tahun pandemi ini tidak mendapat tekanan yang lebih besar lagi.
Baca Juga: Akibat China Lockdown, Laba Adidas Anjlok Hingga 38%
Asal tahu, China kembali berjibaku melawan wabah Covid-19. Ibu kota China, Beijing, menutup puluhan stasiun metro dan rute bus pada Rabu (4/5) sebagai upaya menghentikan penyebaran Covid-19.
Sekaligus menghindari nasib seperti Shanghai saat jutaan penduduk telah dikunci ketat selama lebih dari satu bulan. Bukti baru telah muncul bahwa pertempuran tanpa kompromi China melawan virus corona, yang diyakini telah muncul di pasar di kota Wuhan pada akhir 2019, merusak pertumbuhan ekonomi dan merugikan perusahaan internasional yang berinvestasi di sana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News