Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CK Hutchison Holdings Ltd asal Hong Kong makin mendekati kesepakatan dengan Ooredoo QPSC asal Qatar untuk membangun bisnis telekomunikasi bersama negara-negara potensial di Asia Tenggara.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi menilai aksi konsolidasi tersebut menjadi bagian penyehatan industri telekomunikasi yang sudah sekian tahun tidak sehat. Menurutnya, dalam rentang 10 tahun terakhir telah terjadi banyak perubahan di industri ini terlebih dengan makin banyaknya pemain.
"Makanya, sekarang operator juga masih merugi, kalaupun untung dari penjualan tower. Jadi, proses merger dan akuisisi ini dimungkinkan dalam situasi saat ini," ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat(22/12).
Oleh sebab itu, dengan aksi merger ini dari sisi persaingan bisnis akan ada penggunaan frekuensi yang lebih efisien dan optimal. "Artinya, persaingan yang tadinya dengan banyak pemain, kini akan lebih terkonsentrasi tentunya diharapkan dengan begitu semua hidup, tidak mengalami kerugian terus menerus," lanjutnya.
Heru menilai dengan semakin mengerucutnya pemain di industri telekomunikasi juga tidak serta merta akan memunculkan monopoli pasar. Sebabnya, ia menilai masih sulit bagi operator untuk bersaing dengan Telkomsel yang telah menguasai 50% lebih pasar.
Ia mengakui bahwa berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, bahwa monopoli itu jika menguasai pasar lebih dari 50%. "Sebetulnya menguasai 50% itu boleh, yang dilarang itu praktiknya seperti memainkanharga pasar dan sebagainya yang merugikan konsumen," jelasnya.
Baca Juga: KPPU angkat suara terkait isu merger Indosat dan Tri
Karenanya, dengan aksi merger ini ia nilai sulit untuk memicu monopoli kendati mengerucutnya persaingan.
Yang jelas, Heru menjelaskan dengan semakin terkonsentrasinya persaingan maka akan ada penggunaan frekuensi yang lebih efisien dan optimal. Artinya, persaingan yang sebelumnya dilakukan dengan banyak pemain, kini akan lebih terkonsentrasi sehingga diharapkan dengan begitu semua operator bisa menghasilkan profit.
"Jadi memang konsolidasi ini menjadi bagian penyehatan industri telekomunikasi yang sudah sekian tahun tidak sehat karena begitu banyak pemain, persaingan tajam, dan terjadi gap antara Telkomsel dengan pemain lainnya yang mana Telkomsel menguasai 50% pasar dan yang lain berebut sisanya," tandasnya.
Kedua perusahaan masih belum bersedia berkomentar terkait hal ini. Informasi saja, Hutchison Asia Telecommunications yang menjalankan bisnis telko di Indonesia, Vietnam dan Sri Lanka memiliki sekitar 48,8 juta pelanggan aktif. Pasar di Indonesia berkontribusi sekitar HK$ 3,95 miliar (US$ 510 juta) atau sekitar 87% pendapatan Hutch di Asia secara total.
Sementara saham Indosat (ISAT) yang tercatat di bursa saham Indonesia telah meningkat sekitar 90% sepanjang tahun ini. Itu membuat valuasi pasar ISAT sekitar US$ 2,2 miliar. Bisnis ISAT di Indonesia mampu memberi kontribusi sekitar 23% dari total pendapatan Ooredoo sebelum pajak, bunga, depresiasi dan amortisasi pada 2019.
Selanjutnya: Rencana CK Hutchison dan Ooredoo gabungkan Tri dan Indosat hampir rampung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News