Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) memproyeksikan, kinerja di paruh kedua tahun ini bakal kembali ciamik. Salah satu faktor utama adalah menjaga panen singkong terus berlanjut hingga penghujung tahun 2021.
"Apabila panen singkong masih berlanjut terus di semester II-2021, maka perusahaan menargetkan penjualan dan laba akan mendekati pencapaian di semester I-2021," kata Wakil Presiden Direktur Budi Starch & Sweetener, Sudarmo Tasmin saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (24/8).
Sedikit gambaran, di paruh pertama tahun ini, BUDI berhasil membukukan peningkatan pendapatan hingga 50,13% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1,73 triliun.
Sudarmo menyebut, capaian positif ini utamanya didorong oleh hasil panen singkong yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Sehingga kuantitas penjualan tepung tapioka pun ikut terkerek di periode enam bulan pertama tahun ini.
Baca Juga: Kinerja Budi Starch & Sweetener (BUDI) tumbuh signifikan di semester I 2021
"Sehingga memberikan kontribusi bagi peningkatan penjualan dan laba. Adapun penjualan tepung tapioka memberikan kontribusi 74% dari total penjualan konsolidasi," jelas dia.
Capaian positif di paruh pertama membuat perusahaan optimistis dengan kinerja bisnisnya hingga akhir tahun nanti. Meskipun begitu, Sudarmo kembali menegaskan bahwa hal tersebut akan sangat bergantung pada ketersediaan pasokan bahan baku singkong ke depan.
Maka dari itu, BUDI pun tetap getol menjalankan berbagai strategi demi memuluskan laju bisnisnya di tahun 2021 ini. Di antaranya dengan tetap menjaga kualitas produk, memastikan pengiriman selalu tepat waktu, dan juga terus menjalankan efisiensi biaya.
"Manajemen akan selalu mencermati kondisi pasar, serta memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan pasar lokal maupun ekspor," sambungnya.
Di tahun ini BUDI menganggarkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 80 miliar. Dana itu, kata dia, sejatinya digunakan untuk pengeluaran modal rutin perusahaan.
"Serapannya hingga paruh pertama tahun 2021 kurang lebih sebesar 59%," tegas Sudarmo.
Sebagai informasi, pendapatan usaha BUDI di enam bulan pertama tahun ini masih ditopang oleh penjualan lokal sebesar Rp 1,30 triliun. Sementara, penjualan ekspor tercatat hanya berkontribusi Rp 433,85 miliar.
Kedua sektor tersebut berhasil terkerek, masing-masing 16,17% dan 1.130,73% dari realisasi penjualan di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, laba tahun berjalan BUDI juga tumbuh signifikan hingga 229,23% dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. BUDI membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 51,63 miliar di akhir Juni 2021 silam.
Selanjutnya: Produksi batubara Golden Eagle Energy (SMMT) capai 743.000 ton di semester I-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News