Reporter: Asnil Bambani Amri, Reuters | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Sukses membangun konglomerasi bisnis, Hary Tanoesoedibjo memutuskan terjun ke panggung politik. Di panggung baru ini, Hary bergabung dengan partai Nasional Demokrat (Nasdem), mesin politik besutan mantan politisi senior partai Golkar, Surya Paloh.
Keputusan Hary terjun ke dunia politik dilakukan setelah ia menguasai sepertiga pemirsa televisi di Indonesia. Sekarang, ia bersama Surya Paloh yang juga pemilik media televisi di Indonesia akan mengadu peruntungan di kancah politik nasional.
Sebelum hadir di politik, Hary telah membuktikan kemampuannya membangun dinasti bisnis, dengan nilai aset US$ 7,2 miliar. Kinerja bisnis cemerlang itu ia lakukan hanya dalam tempo 14 tahun.
Jika dulu Hary Tanoesoedibjo fokus ber bisnis, kini ia harus rela meluangkan waktunya untuk berpolitik. Salah satu yang ia lakukan saat ini adalah, menggalang pendukung di seluruh Nusantara.
Salah satu cara yang ia lakukan adalah iklan di media massa, terutama media massa miliknya maupun media milik sejawat politiknya.
Dalam ikan tentang itu, Hary Tanoesoedibjo menyatakan, ia akan terjun ke politik walaupun banyak pengusaha menghindarinya. "Sebagian besar orang ingin perubahan," kata Hary Tanoesoedibjo dalam salah satu iklan di salah satu media televisi swasta itu.
Untuk menjawab perubahan itu, Hary mengaku akan mendorong reformasi hukum dan politik termasuk memerangi korupsi. Dalam berpolitik, Harry mendapat jabatan tinggi di Partai Nasdem, sebagai ketua dewan pakar.
Dalam catatan Forbes, Harry Tanoesoedibjo merupakan orang yang menempati posisi ke-13 orang terkaya Indonesia dengan kekayaan US$ 1,3 miliar. Jika terjun berberpolitik, Ia diramalkan bersaing dengan konglomerat Aburizal Bakrie, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar yang juga memiliki media.
Di dunia bisnis, Harry dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Dia pernah terlibat dalam serangkaian sengketa hukum dengan putri sulung mendiang Presiden Soeharto. Beberapa investor mengatakan, beberapa tidak begitu transparan.
"Platform kami adalah untuk memperkenalkan reformasi hukum yang kuat dan berjuang untuk anti korupsi. Saya yakin bahwa Partai Nasdem akan memenangkan pemilu (2014) dengan 30%-40% suara," katanya kepada Reuters.
Hasil jajak pendapat terbaru oleh ahli dari Lembaga Survei Indonesia, Partai Nasdem diprediksi mampu menguasai 5,9% suara dalam pemilu 2014 nanti. Hasil jajak pendapat ini masih kalah dari partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai Demokrasi Perjuangan (PDI-P).
Agar popularitasnya partainya naik, Harry Tanoesoedibjo belakangan ini rajin memperkenalkan partainya kepada pemilih di Nusantara lewat iklan di media massa.
Apakah Harry maju sebagai calon Presiden?
Harry Tanoesoedibjo saat ini tercatat menguasai perusahaan media PT Global Mediacom, yang sebelumnya dikuasai oleh Bambang Trihatmodjo, putra dari median Presiden Soeharto. Holding media ini menguasai PT Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi stasiun televisi salah satunya RCTI.
Dalam bisnis televisi, Harry Tanoesoedibjo menguasai pangsa pasar 38%, meninggalkan Chairul Tanjung (CT) yang menguasai pangsa pasar 24,8%. Sementara bisnis televisi dari keluarga Sariaatmadja, lewat Elang Mahkota media group menguasai 23,8%.
Selain itu, Harry juga memiliki TV berbayar anak usaha PT MNC Skyvision, operator TV berbayar terbesar di Indonesia, dengan 1,4 juta pelanggan. Tak berhenti sampai disitu, Harry juga tak mau terjun di media konvensional saja.
Ia berencana untuk mengembangkan atau membeli media sosial lokal serta game online yang saat ini tumbuh mekar di Indonesia. "Kami tidak bisa meremehkan bisnis internet ... pasar internet di Indonesia saat ini seperti China di awal 2000-an," kata Tanoesoedibjo, duduk di atas sofa di kantornya yang menghadap ke istana Presiden.
"Lihat Baidu dan 360buy sekarang ... Kita sedang menuju sana," katanya. Baidu Inc merupakan sistu pencari asal China yang berkembang di awal tahun 2000. Saat ini Baidu Inc memiliki nilai pasar sebesar US$ 40 miliar. Sementara itu, situs 360buy merupakan situ ritel online terbesar di China.
Namun begitu, Harry bilang, bisnis televisi tetap menjadi daya tarik terbesar bagi pengiklan di Indonesia. Tahun 2011 lalu, belanja iklan di Indonesia mencapai US$ 1,7 miliar, lebih kecil dibandingkan China sebesar US$ 27,9 miliar atau India dengan nilai US$ 6,3 miliar.
Walaupun terjun ke dunia politik, tetapi Harry Tanoesoedibjo menyatakan, dia tak akan mencalonkan diri sebagai presiden atau pun sebagai anggota DPR. Pendapat ini ia sampaikan, sekaligus untuk membantah persepsi publik yang menilai dirinya akan maju sebagai orang nomor satu di negeri ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News