kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Strategi Bisnis Pertamina Dukung Target Net Zero Emission 2060


Kamis, 10 November 2022 / 10:52 WIB
Ini Strategi Bisnis Pertamina Dukung Target Net Zero Emission 2060
ILUSTRASI. PT Pertamina mengembangkan sejumlah inisiatif bisnis hijau untuk mendukung Indonesia mencapai Net Zero Emission) pada 2060. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina mengembangkan dan berinvestasi pada sejumlah inisiatif bisnis hijau untuk mendukung Indonesia mencapai emisi nol bersih (Net Zero Emission) pada 2060, antara lain terkait bahan bakar nabati, energi terbarukan, penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon, baterai dan kendaraan listrik, hidrogen, serta bisnis karbon.

CEO Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro menjelaskan, Pertamina berkomitmen mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat. 

Oleh karena itu, strategi bisnis kami terdiri dari dua pilar, yakni dekarbonisasi bisnis inti dan pembangunan bisnis hijau.

Baca Juga: Pertamina Siapkan Belanja Modal US$ 40 Miliar untuk Bisnis Hijau

Dannif mengatakan Pertamina telah berkomitmen mengalokasikan 14% dari proyeksi belanja modal 2022-2060 yakni sekitar US$ 70 miliar hingga US$ 80 miliar untuk pengembangan energi bersih, baru, dan terbarukan. 
Komitmen tersebut sejalan dengan upaya untuk menggunakan sumber daya domestik untuk memasok energi domestik menuju pembangunan hijau dan dekarbonisasi.

Pertamina membangun rantai pasokan minyak gas yang terintegrasi untuk memasok kebutuhan domestik dan secara aktif membangun portofolio energi baru dan terbarukan (EBT) dengan menggunakan sumber daya dalam negeri.

Pertamina akan mengembangkan bauran energi yang lebih hijau dengan mengurangi pangsa produk olahan dan LPG dari 81% menjadi 61%, meningkatkan pangsa gas dari 3% menjadi 19%, dan meningkatkan porsi EBT dari 1%  menjadi 17%.

Dannif mengatakan pengembangan bisnis hijau dan teknologi bersih untuk mendukung transisi energi membutuhkan investasi yang besar, sehingga Pertamina menggandeng mitra nasional dan global untuk menjajaki kemitraan dalam program dekarbonisasi, bisnis hijau dan mempercepat pertumbuhan EBT untuk mencapai emisi nol bersih. Pihak perbankan juga dapat berinvestasi pada inisiatif bisnis hijau tersebut.

"Keterjangkauan transisi energi bersih akan tergantung pada pengurangan biaya dan peningkatan ketersediaan modal," ujarnya.

Untuk mendukung transisi energi di Indonesia, Pertamina juga melakukan optimalisasi potensi dan peningkatan kapasitas terpasang energi baru terbarukan di mana Pertamina telah mempelopori pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dengan produksi green dan blue hydrogen sebanyak 3 juta ton per tahun pada 2060 sekaligus total kapasitas terpasang EBT sebanyak 60 GW pada 2060.

Pertamina juga akan melakukan komersialisasi hidrogen hijau dan biru dan mengambil peran strategis dalam ekosistem terintegrasi baterai dan penyimpanan energi Indonesia melalui pengembangan industri kendaraan listrik bertenaga baterai dengan bekerja sama dengan beberapa perusahaan milik negara.

Baca Juga: Produksi Migas Pertamina Capai 800.000 Boepd Hingga September 2022

Selain itu, Pertamina melakukan upaya peningkatan kapasitas kilang untuk menghasilkan bahan bakar hijau. Melalui beberapa proses di kilang hijau, Pertamina menghasilkan bahan bakar yang berkualitas tinggi dan lebih ramah lingkungan yang berasal dari minyak sawit, yaitu biodiesel, green diesel, green avtur dan green gasoline yang sedang dikembangkan.

Saat ini Pertamina juga berhasil meraih score ESG di level medium risk dengan nilai 22.1. Hal ini menunjukkan komitmen Pertamina dalam implementasi bisnis yang ramah lingkungan dan taat pada tata kelola perusahaan yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×