kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi pengembang hadapi tren suku bunga tinggi di tahun depan


Rabu, 21 November 2018 / 20:53 WIB
Ini strategi pengembang hadapi tren suku bunga tinggi di tahun depan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan bisnis properti di tahun 2019 masih berat mengingat kondisi suku bunga semakin tinggi. Baru-baru ini, Bank Indonesia (BI) telah menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate 25 basis poin ke level 6%.

Biasanya kenaikan suku bunga acuan tersebut langsung direspons cepat perbankan dengan menaikkan bunga kredit, termasuk kredit properti. Artinya, bunga kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA) akan semakin terkerek ke depan.

Padahal di awal-awal tahun, saat suku bunga masih rendah, penjualan properti tidak terlalu bergairah. Lihat saja pencapaian marketing sales sebagian besar para pengembang hingga kuartal III 2018 justru menurun. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), semisal, baru mencapai 65,3% dari targetnya, PT Intiland Development baru mencapai 48,4% target, PT Summarecon Agung 55%, PT Ciputra Development Tbk 68%, dan marketing sales PT Agung Podomoro Land Tbk baru 39,3% dari target.

Jika dalam kondisi suku bunga rendah saja penjualan pengembang masih berat, lalu bagaimana saat suku bunga semakin tinggi? Bagaimana pengembang mengantisipasi kenaikan bunga KPR/KPA tahun depan?

Archied Noto Pradono, Direktur Penanaman Modal dan Investasi Intiland Development melihat, kenaikan suku bunga akan membuat penjualan properti semakin berat. Padahal, saat ini kondisi pasar masih soft.

Untuk mengantipasi kondisi tersebut, produk-produk Intiland yang biasa menggunakan skema pembiayaan KPR atau KPA harus disubsidi agar tetap menarik konsumen. "Pengembang harus inovatif dalam pemasaran dan product," kata Archied pada Kontan.co.id, Rabu (21/11).

Menurut Archied, selain suku bunga, tantangan industri properti tahun depan adalah daya beli masyarakat dan sikap wait and see dari sejumlah konsumen. Kedua faktor ini bisa membaik meskipun suku bunga naik agar pasar tetap bergairah.

Indaryanto, Direktur Keuangan PT PP Properti Tbk (PPRO) juga melihat bisnis properti tahun depan akan lebih menantang. Faktor kenaikan suku bunga dan juga kondisi tahun politik membuat pengembang harus bisa mencari strategi terbaik menyiasati kondisi tersebut sehingga tetap bisa membukukan pertumbuhan penjualan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, PP Properti akan banyak menjalin kerjasama dengan sejumlah perbankan terutama bank-bank BUMN menawarkan program pembiayaan yang menarik seperti uang muka rendah dan tenor panjang.

"Kenaikan suku bunga ini memang akan membawa pengaruh ke konsumen. Namun, kemudahan-kemudahan pembiayaan yang diberikan bank dengan uang muka rendah bahkan ada yang tanpa uang muka akan membuat konsumen semakin mudah mendapatkan hunian. Ditambah lagi dengan tenor yang sangat panjang sampai 30 tahun akan membuat cicilan semakin terjangkau." jelas Indaryanto.

Dengan kondisi tersebut, PP Properti akan lebih banyak meluncurkan proyek-proyek hunian yang akan menyasar end user seperti apartemen yang lokasinya dekat dengan kampus. Menurut Indaryanto, prospek apartemen mahasiswa masih sangat besar karean jumlah mahasiswa baru setiap tahun terus bertambah.

Walaupun tantangannya masih berat, PP Properti tetap menargetkan penjualan tumbuh tahun depan. Hanya saja, Indaryanto belum menyebutkan nilai target yang mereka bidik di 2019.

Sementara Sutedja Darmom, Presiden Direktur PT Grahabuana Cikarang mengatakan, kenaikan suku bunga tidak terlalu berdampak besar ke pasar properti jika ekonomi masih tetap bertumbuh. Menurutnya, suku bunga acua yang dilakukan BI bukan akibat fundamental makro ekonomi Indonesia yang buruk melakinkan karena faktor dari eksternal.

"Sekarang suku bunga baru naik empat kali. Kita bahkan pernah mengalami suku bunga naik delapan kali dan properti justru tumbuh karena ekonominya tumbuh stabil. Sekarang kondisi ekonomi kita masih baik, yang mencekam hanya di luar sana, ada trade war antara Amerika dan China." jelas Sutedja.

Menurut Sutedja, tantangan utama industri properti tahun depan masih soal tahun politik. Orang masih akan banyak memilih wait and see selama pilpres belum berakhir. Meski begiti kondisi politik juga hingga saat ini masih cenderung terjaga.

Oleh karena itu, Sutedja masih optimis pasar properti akan lebih baik tahun depan meski pasar belum akan benar-benar pulih. "Kondisi pasar baru akan bergairah tahun 2020 seprti perkiraan para konsultan." katanya.

Sedangkan untuk menghadapi kenaikan suku bungan, Grahabuana Cikarang selaku pengembang Jababeka Residence akan terus bekerjasama dengan perbankan yang memberikan program-program kemudahan untuk mendapatkan KPR/KPA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×