kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini syarat membangun proyek kereta cepat


Kamis, 07 Januari 2016 / 12:03 WIB
Ini syarat membangun proyek kereta cepat


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Direktur Transportasi Kementerian PPN/Bappenas, Bambang Prihartono mengatakan, kereta cepat Jakarta-Surabaya baru akan dibangun, ketika pendapatan per kapita Indonesia mencapai 10.000 dollar Amerika Serikat. 

"Ada syarat pendapatan per kapita kita 10.000 dolar Amerika Serikat. Kita lihat nanti, jika kita punya uang, 50 persennya menggunakan kerja sama pemerintah-swasta, sisanya swasta," ujarnya di Jakarta, Rabu (6/1/2016).

Saat ini pendapatan per kapita Indonesia masih di kisaran 3.000 dollar Amerika Serikat. 

Kurun 2015-2019, Indonesia memerlukan dana Rp 6.541 triliun untuk membangun semua infrastruktur yang diperlukan. Dari jumlah itu, kesanggupan pendanaan dari APBN/APBD cuma Rp 1.555 triliun, BUMN Rp 312 triliun, dari luar APBN Rp 93 triliun, dan pinjaman-obligasi Rp 3.272 triliun.

Opsi pembiayaan tersebut bisa saja dipilih, asalkan kondisi fiskal negara memungkinkan.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mengungkapkan, terdapat opsi separuh porsi pembiayaan proyek kereta cepat rute Jakarta-Surabaya menggunakan skema kerja sama pemerintah-swasta.

Proyek kereta cepat Jakarta-Suarabaya merupakan proyek jangka panjang pemerintah untuk moda transportasi mutakhir, dimana bagian pertamanya rute Jakarta-Bandung, yang dikerjakan secara antarbisnis (business to business) dengan perusahaan China.

Pemerintah menilai rute kereta cepat dari Jakarta didesain melewati Bandung, karena trayek itu memiliki sisi ekonomis tinggi, sehingga memungkinkan partisipasi swasta. Dengan jarak sekitar 180 kilometer, kecepatan maksimal kereta api cepat dinilai banyak kalangan tidak tercapai.

Dalam rencana Bappenas, selanjutnya, setelah melewati Bandung, kereta api cepat itu melaju melalui Cirebon, termasuk menjadi sarana transportasi untuk Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Setelah dari Cirebon, kereta cepat itu akan melewati jalur trayek pantai utara menuju Surabaya.

"Kami membahasakan itu bertahap, secara makro adalah Jakarta-Surabaya, namun bagian pendeknya adalah Jakarta-Bandung," ujar dia.

Jika rute Jakarta-Bandung bekerja sama dengan China maka untuk Jakarta-Surabaya juga diwacanakan. 

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramil, membahas itu bersama kalangan akademisi dari sejumlah perguruan tinggi negeri, serta perwakilan Japan Internasional Corporation Agency (JICA). 

JICA merupakan investor yang pernah melakukan studi kelayakan tahap pertama kereta cepat Jakarta-Bandung, dengan biaya investasi 6,2 miliar dolar Amerika Serikat. 

Namun, JICA meminta pembangunan rute tersebut melalui kerja sama antarpemerintah. Pemerintah menolak dan akhirnya memutuskan menyerahkan kereta cepat Jakarta-Bandung kepada swasta, yang akhirnya dikerjakan konsorsium BUMN Indonesia dengan China. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×