Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) belum kunjung keuar dari belitan utang jumbo.
Dalam rapat dengar dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (9/11) terungkap bahwa utang Garuda tembus US$ 9,8 triliun, setara dengan Rp 140 triliun (asumsi kurs Rp 14.247).
Dari jumlah utang itu, utang terbesar berasal dari kewajiban pembayaran sewa pesawat kepada lessor yakni sebanyak US$ 6,3 miliar.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko memaparkan, utang Garuda US$ 7 miliar plus utang dari lessor menjadikan total US$ 9,8 miliar.
Tiko menyebut, Garuda sudah menyiapkan proposal restrukturisasi untuk melakukan renegosiasi dengan para lessor guna mengurangi utang.
Targetnya, Garuda akan menekan utangnya menjadi US$ 3,69 miliar.
Baca Juga: Wamen BUMN Kartika: Ekuitas negatif US$ 2,8 miliar, secara teknikal Garuda bangkrut
Ada tiga skema restrukturisasi yang disiapkan Garuda, yaitu:
Pertama, Garuda akan mengurangi jumlah pesawat dari 202 armada pada 2019 menjadi 134 pada 2022. Pengurangan jumlah armada ini sejalan dengan pemangkasan rute serta tipe pesawat.
Garuda akan berfokus menerbangi rute potensial dalam negeri. Sedangkan dari sisi jenis pesawat, Garuda akan bakal memangkas armadanya dari total 13 jenis menjadi hanya tujuh jenis.
Kedua, Garuda akan melakukan negosiasi utang atas kontrak sewa pesawat yang masih akan dipakai perseroan pada masa mendatang.
Melalui renegosiasi Tiko berharap biaya sewa pesawat Garuda dan anak usahanya, Citilink, turun 40%-50 persen dari tarif saat ini.
Ketiga, Garuda akan menempuh pembatalan nilai utang dan tunggakan secara material. Pengurangan utang akan dilakukan untuk tipe-tipe kreditur tertentu.
Untuk kreditur BUMN, seperti Airnav, Gapura, dan bank-bank himbara, Garuda akan menerbitkan zero coupon bond. ZCB merupakan instrumen surat utang tanpa bunga hingga jatuh tempo.
Baca Juga: Garuda (GIAA) buka suara soal tarif sewa, nego dengan lessor dan jumlah pesawatnya
Selanjutnya untuk tunggakan terhadap Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, lessor, vendor, sukuk, bank swasta, hingga pembelian pesawat yang ditangguhkan, Garuda akan menerbitkan new coupon debt.
Sementara untuk utang pajak dan karyawan hingga obligasi wajib konversi, Garuda akan tetap menghitung sebagai utang penuh.
Tiko menyatakan sukses tidaknya upaya restrukturisasi ini tergantung negosiasi dengan para lessor.
Kata Tiko, Garuda kini menghadapai tantangan untuk menempuh negosiasi dengan total 32 lessor dengan karakteristik yang berbeda-beda.
“Memang yang challenging adalah lessor yang kita ingin kembalikan pesawatnya. Harus ada sweetener supaya mereka setuju dengan proposal kita,” tutur Tiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News