kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.804   66,00   0,39%
  • IDX 6.254   286,04   4,79%
  • KOMPAS100 892   48,19   5,71%
  • LQ45 707   37,74   5,64%
  • ISSI 193   7,28   3,92%
  • IDX30 373   19,75   5,60%
  • IDXHIDIV20 451   19,32   4,47%
  • IDX80 101   5,64   5,89%
  • IDXV30 106   4,60   4,54%
  • IDXQ30 123   5,40   4,59%

Ini urgensi pemutakhiran RUEN demi transisi energi terbarukan Indonesia versi IESR


Kamis, 01 Oktober 2020 / 13:02 WIB
Ini urgensi pemutakhiran RUEN demi transisi energi terbarukan Indonesia versi IESR
ILUSTRASI. PLTS Atap merupakan salah satu energi terbarukan


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

Agus juga menambahkan, jaringan gas kota, kendaraan listrik dan biodiesel yang dicanangkan pemerintah hanya berkontribusi terhadap bauran energi primer sekitar 3% (menjadi 17,9%) dari baseline baru dalam skenario realisasi sebesar 15% di tahun 2025.

Hingga tahun 2050 pun, bauran energi terbarukan diproyeksikan sebesar 40,3%, lebih tinggi dari target 31% di model RUEN saat ini. Namun, level tersebut tetap masih belum mampu mengambil alih dominasi energi fosil sebesar 59,7%.

Bauran dan kapasitas terpasang energi terbarukan hanya akan meningkat signifikan dalam skenario transisi energi, khususnya mulai periode waktu saat tidak ada PLTU baru yang mulai dibangun dan semua PLTU yang berusia lebih dari 30 tahun ditutup, dengan proyeksi sebesar 408 GW di tahun 2050.

Dalam laporan yang diluncurkan, setidaknya terdapat tiga hal yang perlu dilakukan sebagai rekomendasi. 

Baca Juga: Banyak Kendala Pengembangan Listrik EBT, Perpres Digadang-gadang Jadi Solusi

Pertama, parameter dan asumsi RUEN 2015-2050 perlu ditinjau kembali, khususnya pada asumsi pertumbuhan ekonomi, laju permintaan energi, dan keekonomian dari energi terbarukan. 

Kedua, tinjauan juga perlu dilakukan terhadap rencana penggunaan batubara dan pembangunan PLTU sebagai respons dari tren dekarbonisasi yang menyebabkan penurunan permintaan impor batubara dari China, India, dan Korea Selatan. 

“Ketiga, perlunya kajian pengembangan skenario alternatif dalam rencana penyediaan energi nasional yang mengintegrasikan porsi energi terbarukan yang lebih besar,” tambah Agus.

Oleh karena itu, IESR menyerukan untuk diadakannya peninjauan dan pemutakhiran kembali RUEN sebagai referensi perencanaan dan pembangunan energi nasional jangka menengah dan panjang.

Tujuannya untuk mengakomodasikan tidak hanya kemajuan dan perkembangan transisi energi global, melainkan juga untuk mengantisipasi berbagai tantangan dan peluang yang muncul dalam transformasi yang saat ini sedang terjadi.

Selanjutnya: Harga kompetitif, pemerintah optimistis target 1 juta PLTS Atap tercapai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×