kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah daftar kontraktor proyek MRT di Jakarta


Rabu, 28 Maret 2012 / 17:32 WIB
Inilah daftar kontraktor proyek MRT di Jakarta


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemhub) memastikan proyek Mass Rapid Transit (MRT) tahap pertama (Lebak Bulus-Bunderan HI) senilai Rp 15 triliun akan terealisasi pertengahan 2016. Sampai dengan pertengahan tahun ini, pemerintah menargetkan proses konstruksi bisa dimulai seiring ditetapkannya kontraktor proyek oleh PT MRT Jakarta.

Dirjen Perkeretaapian Kemhub Tundjung Inderawan mengungkapkan, proses tender konstruksi telah dimulai setelah 10 konsorsium kontraktor hasil prakualifikasi lelang disetujui Japan International Cooperation Agency (JICA).

Dalam jadwal proses penawaran harga bisa dilakukan pada Juni atau Juli tahun ini dan dilanjutkan penetapan pemenang. Saat itu juga proses konstruksi awal sudah bisa dimulai. “Pertengahan atau akhir 2016 Indonesia sudah punya MRT," tegas Tundjung, di Jakarta Rabu (28/3).

Pekerjaan konstruksi dibagi enam paket konstruksi sipil atau fisik yang akan diperebutkan 10 konsorsium. Ke-10 konsorsium dibagi tugasnya menjadi dua, lima pemenang konsorsium prakualifikasi konstruksi untuk segmen bawah tanah, dan lima konsorsium untuk proyek di permukaan tanah.

5 konsorsium yang mengerjakan proyek MRT bawah tanah:

1. Kajima- Waskita

2. Obayashi-Shimizu-Jaya Konstruksi-Wijaya Karya

3. SMCC-HK

4. Taisei-PP

5. Tokyo-Adhi.

5 konsorsium yang mengerjakan proyek MRT dipermukaan tanah:

1. Hazama- Murinda Iron Steel

2. SMCCNK

3. Sunitomo-Adhi

4. Tekken-Hutama-Marubeni

5. Tokyo-Wika.

Tundjung mengaku, beberapa waktu lalu memang sempat ada penolakan dari sejumlah warga di daerah Fatmawati Jakarta dan meminta agar ada perubahan desain MRT agar kelangsungan usaha para warga terjaga.

Namun demikian hingga saat ini tidak ada rencana perubahan jalur (trase) ataupun desain pembangunan proyek MRT oleh pemerintah. "Penolakan itu biasa, nanti tinggal dicari solusinya. Proyek MRT harus jalan dengan desain layang (elevated) di daerah situ (Fatmawati),” jelas Tundjung.

Tundjung menjelaskan, keberadaan moda transportasi atau angkutan massal berbasis kereta ini bisa mengurangi tingkat kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, moda transportasi ini bisa menyambung dengan transportasi darat seperti busway dan Kereta Rel Listrik (KRL).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×