kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Inilah daftar lokasi properti nan prospektif


Senin, 20 Mei 2013 / 06:37 WIB
Inilah daftar lokasi properti nan prospektif
ILUSTRASI. Tak Perlu Panik Hadapi Kucing yang Diare, Ini 5 Cara Mengatasinya


Reporter: Adisti Dini Indreswari, Mimi Silvia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Daya tarik investasi properti kian menyebar. Tak hanya Jakarta, aset properti di sejumlah daerah kian memesona, minimal tecermin dari kenaikan harganya.

Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan, tiga bulan pertama 2013, indeks harga properti residensial di 14 kota besar di Indonesia naik 4,78% dibandingkan kuartal yang sama 2012. Jika dihitung setahun terakhir, indeks harga properti residensial naik 11,19% hingga Maret 2013.

Harga properti di Surabaya selama kuartal I-2013 naik tertinggi, yakni 8,02%, terutama untuk rumah tipe kecil. Posisi selanjutnya diikuti Medan dan Jabodebek-Banten, masing-masing naik 5,79% dan 5,78%. Di kedua wilayah itu, harga paling tinggi juga terjadi pada rumah tipe kecil.

BI memperkirakan tren kenaikan harga properti residensial masih berlanjut di kuartal ini, meski hanya 0,71%. Berbeda dengan kuartal satu, kenaikan harga paling tinggi bakal terjadi untuk rumah tipe besar dan berada di Makassar. Di wilayah ini, kenaikan harga properti berkisar 1,46%.

Denyut properti di Surabaya dirasakan betul oleh pengembang properti di Surabaya, PT Pakuwon Jati Tbk. "Harga properti di kuartal I-2013 naik 100% dibandingkan tahun lalu, terutama di lokasi strategis," ungkap Minarto Basuki, Direktur Pakuwon Jati, kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Minarto menyatakan, lonjakan harga ini baru terjadi satu atau dua tahun belakangan. Alasannya, suplai lahan di lokasi strategis, misalnya di bagian timur Surabaya, semakin menyusut. Padahal permintaan terus bertambah.

Pasar properti residensial yang paling gemuk di Surabaya adalah rumah tapak kelas menengah dengan harga di bawah Rp 1,5 miliar. "Kelas premium di atas Rp 5 miliar juga ada, tapi tak sebanyak itu," imbuh Minarto.

Tren kenaikan harga ini juga mencerminkan tingkat pengembalian investasi (return of investment) di properti. Sebab, sebagian orang membeli properti untuk investasi.
Selain Surabaya dan Makassar, sejumlah daerah lain patut dicermati. Ferry Salanto, Associate Director Colliers International Indonesia, menilai, beberapa kota dengan perekonomian yang terus bertumbuh mengundang masuk para pengembang besar.

Investasi properti di Pekanbaru, Bandung, Balikpapan, Solo, serta Yogyakarta berpotensi meningkat, tapi tergantung karakternya. Misalnya, Yogyakarta tidak cocok bagi apartemen. Sebab, karena wilayah ini rawan gempa.

Meski permintaan masih tinggi, investor mesti mewaspadai ancaman gelembung properti. Itu sebabnya, BI kembali melemparkan rencana menaikkan lagi batas minimum uang muka yang saat ini 30% dari harga rumah.       


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×