kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inka genjot produksi kereta untuk ekspor


Selasa, 09 Oktober 2012 / 07:31 WIB
Inka genjot produksi kereta untuk ekspor
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (28/7/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,14 persen menjadi 6.088,52. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kebutuhan kereta api listrik (KRL) dalam negeri terus bertambah. Sayangnya, industri kereta domestik masih sulit menggenjot produksi untuk memenuhi permintaan itu. Industri ini  berharap pemerintah menghapuskan  bea masuk 5%-10% komponen kereta agar mereka bisa menggenjot produksi.  

"Ini sebagai stimulus untuk menambah produksi kereta," tandas Kasubdit Industri Roda Dua dan Kereta Api Kementerian Perindustrian Budi Hartoyo, kemarin.  Budi mengatakan, kebutuhan komponen impor masih  cukup besar. Soalnya, saat ini, produksi PT Industri Kereta Api (Inka) baru memiliki kandungan lokal rata-rata 50%.

Saat ini, PT Inka sebagai satu-satunya produsen kereta api dalam negeri baru mampu membuat 40 unit KRL tiap tahunnya. Satu unit KRL terdiri dari empat gerbong. Sementara kebutuhan KRL di dalam negeri mencapai 180 unit per tahunnya. Artinya Inka baru bisa mengisi sekitar 22% dari kebutuhan.

Sementara itu. pemerintah juga terus mendorong penggunaan KRL sebagai salah satu andalan moda angkutan massal di masa depan. Misalnya rencana pemerintah  membuat jaringan kereta api menuju bandara. Hal ini dipastikan akan membuat permintaan KRL di dalam negeri makin bertambah.

Bila produksi KRL domestik tidak didorong, impor KRL akan semakin banyak. Saat ini, sisa kebutuhan KRL yang sebanyak 78% masih impor.   "Ini dia yang membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) masih harus impor KRL terutama dari Jepang," katanya.

PT Inka sendiri masih sulit meningkatkan kapasitas produksi KRL. Salah satu sebabnya adalah masih adanya bea masuk komponen yang dibutuhkan Inka, diantaranya komponen rangka tempat duduk, motor traction, atau komponen bodi kereta.

Agus Purnomo, Direktur Utama PT Inka bilang, pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp 300 miliar untuk memproduksi 40 unit KRL setiap tahun.
Bila pengeluaran dari pos bea masuk bisa berkurang, produksi KRL INKA bisa terdongkrak. Namun ia belum punya hitungan kenaikan kapasitas produksi Inka. "Kebutuhan KRL impor lambat laun bisa berkurang," katanya.

Ekspor ke Malaysia

Saat ini, kapasitas produksi PT Inka selain KRL per tahunnya adalah 300 unit kereta barang, 120 unit kereta penumpang serta 15 unit lokomotif.
Sejauh ini, klien utama pabrik gerbong kereta api yang berlokasi di Madiun ini adalah Kementerian Perhubungan. Tahun ini, Kemhub telah memesan 50 unit kereta ekonomi berpendingin untuk memenuhi lonjakan kebutuhan transportasi ketika Lebaran  dan Tahun Baru.

Selain itu, untuk tahun ini, Inka juga menargetkan untuk melakukan peremajaan terhadap 362 unit kereta api ekonomi  milik KAI yang sudah tidak layak beroperasi. Perinciannya, dari jumlah tersebut sebanyak 284 unit adalah kereta yang sudah berusia 40 - 42 tahun dan sekitar 42 unit berusia 30 tahun.

Tak cuma pasar domestik, Inka juga sedang menyelesaikan 6 unit kereta penumpang tersisa dari total pesanan 16 unit gerbong ke Keretapi Tanah Malayu Berhad ( KTMB ), perusahaan kereta api asal Malaysia tahun ini.

Inka memang sedang menggenjot aksi usaha. Pasalnya perusahaan yang masih merugi ini ingin meraup pendapatan sebesar Rp 1 triliun sampai akhir tahun ini.                      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×