Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pengembang properti PT Intiland Development Tbk terus memperkuat lini usaha perhotelan. Melalui anak usahanya yang bergerak di bidang hospitality, PT Intiwhiz International, perseroan akan menambah lagi satu jaringan hotel Whiz di kawasan Jakarta. Kali ini, Grand Whiz Hotel akan dibangun di Jalan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara.
Nah, untuk Grand Whiz Hotel Sunter ini, Intiwhiz hanya akan bertindak sebagai operator. Sedangkan pemilik hotel adalah PT Trillium land, perusahaan industri kertas di kawasan Jakarta Utara.
Grand Whiz Hotel Sunter menempati lahan seluas 2.360 meter persegi (m2). Hotel itu menyediakan 160 kamar pluss berbagai fasilitas tambahan seperti restoran, ruang rapat, serta business center.
Pembangunan hotel akan dimulai pertengahan tahun 2013, dan diperkirakan butuh waktu setahun. Sehingga, hotel ditargetkan sudah beroperasi di 2014. Adapun investasinya sebesar Rp 70 miliar.
"Kami memilih Sunter karena wilayah ini salah satu pusat bisnis dan industri di Jakarta Utara. Potensi pasarnya sangat luas, yakni dari para pebisnis," ujar Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Intiwhiz Moedjianto Soesilo Tjahjono, Selasa (28/8). Tarif yang dipasang untuk hotel berbintang tiga itu senilai Rp 500.000 per malam.
Grand Whiz Sunter akan menjadi hotel ke-24 dari target 60 hotel yang bakal dikelola Intiwhiz dalam lima tahun ke depan. Dari 24 hotel itu, baru empat hotel yang sudah beroperasi, yaitu di Yogyakarta, Semarang, dan Bali.
Direktur Operasional Intiland Ndang Mulyadi menyebut, sebelum akhir 2012, satu hotel di Kelapa Gading, Jakarta Utara akan beroperasi. "Tahun depan, kami akan mengoperasikan 16 hotel lagi," ujar Ndang. Lokasinya, antara lain di Jakarta, Bogor, Bandung, Pekanbaru, Balikpapan, Makassar, Surabaya, Malang, dan Manado.
Intiwhiz memiliki dua brand hotel, yaitu Whiz untuk jenis hotel bujet, dan Grand Whiz jenis hotel berbintang.
Kata Ndang, ke depan, Intiwhiz akan lebih dominan mengembangkan hotel bujet Whiz. Selain karena faktor lokasi, permintaan pemilik hotel juga menentukan. Selama ini, tingkat okupansi Whiz lebih tinggi dibanding Grand Whiz, yaitu 75% berbanding 60%. "Pasar paling gemuk di hotel bujet," paparnya.
Dari seluruh hotel dalam jaringan Intiwhiz, hanya 40% yang dimiliki sendiri. Sedangkan 60% merupakan kerjasama strategis dengan pemilik tanah, ataupun skema build operate transfer (BOT).
Nantinya, Intiwhiz berambisi memperbanyak hotel milik sendiri untuk memperkuat portofolio. "Komposisi bisa berbalik karena kami terus mencari lahan," kata Ndang.
Hingga semester I-2012, Intiland membukukan recurring income dari hotel sebesar Rp 8,37 miliar atau sekitar 1,5% terhadap pendapatan Intiland yang mencapai Rp Rp 530,74 miliar.
Adapun, total kontribusi recurring income berkisar 12%-13%. "Dalam lima tahun ke depan, kami memproyeksi kontribusinya bisa 30%," ujar Sekretaris Perusahaan Intiland Theresia Rustandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News