Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi hulu migas hingga Agustus 2025 mencapai US$9,38 miliar atau sekitar Rp 152,96 triliun. Capaian tersebut baru setara 55% dari target investasi tahun ini sebesar US$16,5 miliar (Rp269,07 triliun).
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menjelaskan investasi tersebut mencakup belanja modal (capex), belanja operasional (opex), eksplorasi, hingga produksi.
“Itu untuk total investasi di kegiatan hulu migas, baik capex, opex, eksplorasi maupun produksi” kata Djoko dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR, Selasa malam (23/9).
Secara khusus, investasi eksplorasi baru terealisasi US$ 500 juta atau Rp 8,1 triliun, setara 33% dari target tahunan US$1,5 miliar (Rp24,4 triliun). Hingga Agustus, pengeboran sumur eksplorasi tercatat 18 sumur atau 36,9% dari target 46 sumur.
Baca Juga: SKK Migas Catat 919,35 Juta Barel Temuan Migas Baru hingga Agustus 2025
Djoko memperkirakan hingga akhir 2025, sebanyak 43 sumur eksplorasi dapat terealisasi atau 93,5% dari target. Dari jumlah tersebut, sudah ada 20 struktur yang memperoleh persetujuan status eksplorasi dengan potensi sumber daya 919,35 juta barel setara minyak (MMBOE).
Selain itu, empat struktur sumur telah diserahkan ke tahap plan of production (POP) dengan estimasi cadangan 63 juta barel minyak (MMBO) dan 19,8 miliar kaki kubik gas (BCFG).
Keempatnya yakni Padang Pancuran, West Kalabau, CEN-02 Deep, dan Sihangat-2 yang ditargetkan mulai berproduksi pada kuartal IV-2025 dengan kontribusi sekitar 800 barrel oil per day (BOPD).
SKK Migas juga masih mengevaluasi empat struktur sumur lain menuju tahap POP, yakni EPN-02, Dayung 2B dan 5B, NW Wilela, serta SAS-2 yang masih dalam prolonged test.
Adapun sepanjang tahun ini terdapat lima penemuan penting dari sumur eksplorasi, antara lain SKBD-001 dan NW Wilela-1 oleh Pertamina EP, Dayung-5B milik Medco E&P Grissik, CEN-2 Deep oleh EMP, serta West Kalabau milik Medco E&P Rimau.
Dari total 17 sumur eksplorasi yang dibor, lima berhasil menemukan cadangan baru, tujuh kering, dan lima lainnya masih dalam proses. Secara keseluruhan, SKK Migas mencatat rasio keberhasilan eksplorasi mencapai 42% dengan tambahan sumber daya 21 juta barel setara minyak (MMBOE).
Baca Juga: Eks Bos SKK Migas Sebut Dua Tantangan Penerapan Jargas Rumah Tangga
Sementara itu, Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Migas (Aspermigas) Moshe Rizal menilai, kinerja tersebut perlu mendapat perhatian serius. Menurutnya, SKK Migas bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) perlu mengidentifikasi akar persoalan yang membuat kinerja tidak sesuai rencana.
“Disayangkan realisasinya masih di bawah target. SKK Migas sebagai pemegang kuasa perlu mencari tahu akar permasalahannya. Bisa jadi masalahnya berbeda-beda di tiap KKKS, entah soal investasi, perizinan, atau faktor lain,” ujar Moshe kepada Kontan, Rabu (24/9).
Terkait target pengeboran, Moshe berharap realisasi dapat mendekati proyeksi 43 sumur hingga akhir tahun. Meski demikian, Moshe menekankan bahwa hambatan di lapangan tidak bisa disamaratakan.
“Kenapa lambat, itu biasanya tiap KKKS punya masalah yang berbeda. Itulah tugas SKK Migas, bersama KKKS, untuk mengidentifikasi akar masalah dan mencari solusi yang sesuai,” jelas Moshe.
Praktisi migas Hadi Ismoyo menilai, kondisi ini patut disayangkan mengingat waktu yang tersisa hanya empat bulan.
“Mencari investor saat ini cukup sulit. Karena itu, komitmen kerja sama dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang sudah disepakati harus dikawal dengan baik agar target bisa tercapai,” ujar Hadi kepada Kontan, Rabu (24/9).
Menurutnya, berbagai hambatan operasional di lapangan seperti birokrasi, perizinan, dukungan logistik, hingga gangguan keamanan masih menjadi tantangan.
“Persoalan ini harus diselesaikan cepat dan tepat dengan pemangku kepentingan terkait, kecuali force majeure seperti banjir atau cuaca ekstrem,” imbuhnya.
Dengan kondisi tersebut, Hadi memproyeksikan realisasi investasi hulu migas tahun ini sulit mencapai 100%.
“Outlook akhir tahun kemungkinan hanya sekitar 70%,” katanya.
Lebih jauh, Hadi menekankan pentingnya kegiatan eksplorasi untuk menjamin kesinambungan produksi di masa depan. Pasalnya, target pengeboran 43 sumur eksplorasi tahun ini dinilai sulit terealisasi tanpa adanya terobosan.
“Untuk mendapatkan big to giant discovery dibutuhkan lebih banyak sumur di new basin. SKK Migas dan Ditjen Migas harus bahu membahu bersama KKKS untuk memastikan operasi berjalan lancar,” jelas Hadi.
Ia juga mendorong agar jika terdapat kendala bersifat komersial, seperti kebutuhan insentif, maka KKKS perlu segera duduk bersama SKK Migas mencari solusi fiskal.
“Sekali lagi saya ingatkan, meski target operasional berat, SKK dan KKKS harus tetap mengedepankan prinsip safety first,” tandasnya.
Baca Juga: SKK Migas Targetkan Eksplorasi 60 Sumur per Tahun
Selanjutnya: BRI Naikkan Suku Bunga Deposito Valas USD Perkuat Daya Tarik Indonesia bagi Investor
Menarik Dibaca: Apa itu Quiet Covering dalam Dunia Kerja? Sering Dilakukan Gen Z
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News