kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi Hulu Migas Masih Lesu di Tiga Bulan Pertama Tahun 2022


Minggu, 12 Juni 2022 / 20:41 WIB
Investasi Hulu Migas Masih Lesu di Tiga Bulan Pertama Tahun 2022
ILUSTRASI. Migas. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi hulu minyak dan gas (migas) masih lesu di tiga bulan pertama tahun ini. Data Direktorat Jenderal (Ditjen) Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, realisasi investasi hulu migas baru mencapai US$ 2,29 miliar di sepanjang Januari-Maret 2022.

Artinya, realisasi investasi hulu migas belum mencapai seperempat dari target investasi hulu migas untuk tahun buku 2022. Data ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu lalu (8/6).

“Investasi migas (di triwulan I) sebesar US$ 2,29 miliar, atau 13,46% dari target investasi migas 2022 sebesar US$ 17,01 di akhir tahun,” ungkap Tutuka (8/6).

Baca Juga: Begini Strategi Pertamina Mengompensasi Kerugian di Sektor Hilir Migas

Investasi hulu migas yang rendah terjadi bersamaan dengan melambungnya harga minyak mentah. Hal ini misalnya tercermin dari Indonesia Crude Price (ICP). 

Mengutip publikasi Kementerian ESDM, ICP pada tiga bulan pertama-tama secara tercatat sebesar US$ 85,89 per barel di bulan Januari, US$ 95,72 di bulan Februari 2022, dan US$ 113,30 per barel di bulan Maret 2022. Sebagai pembanding, asumsi ICP dalam anggaran belanja dan pendapatan negara (APBN) ditetapkan sebesar US$ 63 per barel.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi (Aspermigas), Moshe Rizal  mengatakan, pelaku industri migas dihadapkan pada kondisi ketidakpastian akibat gejolak global, di antaranya yakni Perang Rusia-Ukraina dan harga minyak yang fluktuatif, meski levelnya tinggi. Untuk itu, dibutuhkan upaya yang besar untuk mengejar target investasi yang dicanangkan oleh pemerintah.

“Realistis atau tidaknya tergantung dari perkembangan situasi global saat ini dan (kondisi) masing-masing KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama),” tutur Moshe saat dihubungi Kontan (12/6).

Moshe mengakui, kondisi global saat sejatinya merupakan faktor eksternal yang tidak bisa diubah oleh pemerintah. Meski begitu, Moshe menilai ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk memantik gairah investasi hulu migas, yaitu memperbaiki iklim investasi di Indonesia dengan mempermudah usaha dan investasi yang ingin masuk, serta terus meningkatkan insentif-insentif fiskal.




TERBARU

[X]
×