kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi masih tinggi, kompetisi layanan fixed broadband internet semakin sengit


Minggu, 05 September 2021 / 19:01 WIB
Investasi masih tinggi, kompetisi layanan fixed broadband internet semakin sengit
ILUSTRASI. Anak-anak belajar?secara daring. KONTAN/BAihaki/4/7/2021


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap akses internet cepat, bisnis penyedia layanan internet pun semakin kompetitif. Pengamat telekomunikasi pun menilai kini kompetisi di layanan internet berlangganan berbasis kabel (fixed broadband) sama sengitnya dengan kompetisi di bisnis mobile broadband.

Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin menerangkan, biasanya pemain di fixed broadband menjual layanannya dengan triple play yakni telepon, internet dan TV kabel, atau secara dual play (internet dan TV kabel).

Segmen ini pun semakin dilirik di tengah pandemi, lantaran komunikasi dilakukan serba digital serta masyarakat lebih butuh hiburan ketika berada di rumah, termasuk melalui tv kabel dan konten secara streaming.

"Pelanggan melirik  fixed broadband sekarang karena teknologi yang kian maju, value added, dan keandalan. Prediksi saya pasar fixed broadband  tumbuh 15%-16% atau lebih. Kalkulasinya, potensinya jika dihitung ada sekitar 60 juta homepass yang dengan asumsi satu rumah dihuni sekitar 4-5 orang. Ini artinya potensi pasar masih besar," terang Doni saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (5/9).

Baca Juga: Aspimtel memproyeksikan bisnis menara telekomunikasi masih bisa tumbuh 5%-7%

Menurutnya, perilaku pelanggan di segmen layanan fixed broadband cenderung tidak melihat harga sebagai tolok ukur utama, melainkan value added yang ditawarkan serta keandalan jaringan. Dengan kata lain, pemain yang bisa mengantarkan kualitas, nilai tambah, dan keandalan jaringan, akan lebih dicari walau harganya premium.

Namun sebagai catatan, pembangunan infrastruktur fixed broadband lebih kompleks ketimbang mobile broadband. Doni memberikan gambaran, untuk satu rumah yang menghubungkan outside plant saja membutuhkan biaya sekitar US$ 200. "Beberapa komponen yang membentuk harga layanan itu, biaya penggelaran jaringan, CPE, belanja bandwitdh, biaya marketing," sambung Doni. 

Di Indonesia, Doni melihat kendala dalam pengembangan layanan fixed broadband ada pada infrastruktur belum merata dan mahalnya biaya langganan dalam Megabits per second (Mbps). Dia juga menekankan bahwa di setiap negara memiliki kecepatan internet dan tingkat harga yang berbeda. Penyebabnya antara lain faktor infrastruktur dan kondisi geografis.

Biasanya, penyedia layanan internet menawarkan paket dengan kecepatan koneksi mulai dari 3 Mbps hingga 2 Gigabits per second (Gbps). Di kawasan Asia Tenggara, kata Doni, kecepatan fixed broadband Indonesia memang kalah dengan negara-negara tetangga.

Thailand memiliki kecepatan tertinggi dengan 308,35 Mbps. Lalu ada Singapura dengan 245,31 Mbps. Malaysia mempunyai kecepatan 93,84 Mbps, Vietnam 60,88 Mbps, dan Filipina 31,44 Mbps. Sedangkan kecepatan internet broadband di Indonesia sendiri hanya 17,26 Mbps.

Doni menambahkan, selain masalah biaya membangun jaringan, biaya konten dan bandwitdh juga menjadi faktor yang menentukan tarif layanan internet broadband di Indonesia. "Konten yang diakses dominan asing. Indonesia ini masalahnya itu mahal digelar infrastruktur dan beli konten asing memakai USD," pungkas Doni.

Selanjutnya: Persaingan Bisnis Menara Telekomunikasi Sengit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×