kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.596.000   -9.000   -0,35%
  • USD/IDR 16.805   35,00   0,21%
  • IDX 8.644   106,34   1,25%
  • KOMPAS100 1.196   14,99   1,27%
  • LQ45 852   6,61   0,78%
  • ISSI 309   4,03   1,32%
  • IDX30 439   3,37   0,77%
  • IDXHIDIV20 514   3,08   0,60%
  • IDX80 133   1,39   1,06%
  • IDXV30 139   1,20   0,87%
  • IDXQ30 141   0,87   0,62%

Investasi Swasta Skala Menengah dan Besar di Bidang Pangan Harus Melibatkan Petani


Kamis, 15 Desember 2022 / 11:58 WIB
Investasi Swasta Skala Menengah dan Besar di Bidang Pangan Harus Melibatkan Petani
Seorang petani memasang jaring pada tanaman padi di Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (6/5/2021). Investasi Swasta Skala Menengah dan Besar di Bidang Pangan Harus Melibatkan Petani.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Masuknya investasi swasta skala menengah dan besar dalam budidaya padi harus mengarah pada kemitraan usaha dengan petani. 

Hal itu dimaksudkan agar petani menjadi salah satu bagian utama dalam proses penanaman modal dan adanya transfer pengetahuan mengenai praktik budidaya yang baik (good agriculture practices/GAP). 

Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Hariyadi, MS. mengatakan, masuknya investasi pangan swasta menjadi keniscayaan agar mampu memenuhi tuntutan pasar dan memperbaiki harga gabah di tingkat petani. 

Baca Juga: Tinggal Sebulan, Inflasi 2022 Diprediksi Berada di Bawah 6%

Jika dikelola dengan baik, masuknya swasta dalam budidaya padi akan memberi dampak positif bagi peningkatan produksi, stok, dan kualitas pangan. Masuknya swasta juga diharapkan dapat membantu petani meningkatkan harga jual yang layak. 

“Penerapan GAP bisa dimulai dengan penggunaan bibit unggul bersertifikat, pemupukan yang tepat, serta menggunakan teknologi maju dan ramah lingkungan. Tanpa penerapan GAP, produktifivas padi akan rendah dan dampaknya biaya produksi mahal,” kata Hariyadi dalam siaran pers, Kamis (15/12). 

Menurut Hariadi, dengan adanya kemitraan, petani akan mendapatkan transfer pengetahuan bagaimana budidaya tanaman padi dengan baik melalui GAP, yaitu sebuah teknis penerapan sistem produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju, ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga produk panen aman dikonsumsi, kesejahteraan pekerja diperhatikan dan usaha tani memberikan keuntungan ekonomi bagi petani. 

Baca Juga: Partai Pendukung Pemerintah Fokus Melanjutkan Program yang Ada

“Kemitraan menjadi hal yang mutlak untuk menjawab berbagai kekhawatiran akibat masuknya investasi swasta dalam budidaya pangan. Sinergi harus dibangun dan aturan main harus ditegakkan agar petani tidak dirugikan,” ujarnya. 

Haryadi melanjutkan, selain peningkatan produktifitas, efisiensi pasca panen tetap harus dilakukan. Dengan adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi diharapkan Indonesia tidak hanya swasembada beras tetapi ke depan mampu menjadi eksportir. 

“Peningkatan produktifitas padi pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya. 

Dengan adanya kemitraan, data yang dilansir BPS menyebutkan produktivitas padi semakin meningkat yakni tahun 2019 sebesar 5,11 ton per ha, tahun 2020 sebesar 5,13 ton per ha dan 2021 sebesar 5,22 ton per ha, dan di tingkat Asia posisi produktivitas Indonesia sudah berada peringkat kedua setelah Vietnam.  

Data FAO pun menyebutkan di tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat kedua dari 9 negara negara FAO di Benua Asia. Adapun urutannya Vietnam 5,89 ton per ha, Indonesia 5,19 ton per ha, Bangladesh 4,74 ton per ha, Philipina 3,97 ton per ha, India 3,88 ton per ha, Pakistan 3,84 ton per ha, Myanmar 3,79 ton per ha, Kamboja 3,57 ton per ha dan Thailand 3,19 ton per ha.

“Penggunaan benih unggul dan pupuk telah berkontribusi dalam peningkatan produktivitas tanaman,” ujarnya. 

Baca Juga: Waspada, Harga Pangan Siap Mendaki

Bahkan petani kini sudah familiar dalam penggunaan benih padi unggul saat pergiliran tanaman. Sementara ketika pupuk kimia sulit, petani juga mulai dapat membuat sendiri pupuk organik dan hayati, sehingga menghemat biaya produksi usaha tani. 

Haryadi menilai, polemik investasi budidaya pangan harus disikapi bijak agar tidak menjadi bumerang yang memukul nasib petani. Sebaliknya, keberpihakan pada industrialisasi pangan yang menghasilkan nilai tambah harus terus didorong. 

“Syaratnya, investasi swasta dilarang memasuki dan menguasai lahan-lahan petani yang sudah eksis,” lanjutnya. 

Pertumbuhan penduduk kelas menengah di Indonesia merupakan pangsa pasar yang besar bagi produk olahan beras. Kita masih jauh tertinggal dengan China, Thailand, dan Myanmar yang telah mengembangkan diversifikasi produk beras untuk menghasilkan beragam produk sampingan beras. 

“Peningkatan nilai tambah produk dengan sendirinya akan menambah pendapatan produsen atau petani,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×