Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya investasi swasta skala menengah dan besar dalam budidaya padi harus mengarah pada kemitraan usaha dengan petani.
Hal itu dimaksudkan agar petani menjadi salah satu bagian utama dalam proses penanaman modal dan adanya transfer pengetahuan mengenai praktik budidaya yang baik (good agriculture practices/GAP).
Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Hariyadi, MS. mengatakan, masuknya investasi pangan swasta menjadi keniscayaan agar mampu memenuhi tuntutan pasar dan memperbaiki harga gabah di tingkat petani.
Baca Juga: Tinggal Sebulan, Inflasi 2022 Diprediksi Berada di Bawah 6%
Jika dikelola dengan baik, masuknya swasta dalam budidaya padi akan memberi dampak positif bagi peningkatan produksi, stok, dan kualitas pangan. Masuknya swasta juga diharapkan dapat membantu petani meningkatkan harga jual yang layak.
“Penerapan GAP bisa dimulai dengan penggunaan bibit unggul bersertifikat, pemupukan yang tepat, serta menggunakan teknologi maju dan ramah lingkungan. Tanpa penerapan GAP, produktifivas padi akan rendah dan dampaknya biaya produksi mahal,” kata Hariyadi dalam siaran pers, Kamis (15/12).
Menurut Hariadi, dengan adanya kemitraan, petani akan mendapatkan transfer pengetahuan bagaimana budidaya tanaman padi dengan baik melalui GAP, yaitu sebuah teknis penerapan sistem produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju, ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga produk panen aman dikonsumsi, kesejahteraan pekerja diperhatikan dan usaha tani memberikan keuntungan ekonomi bagi petani.
Baca Juga: Partai Pendukung Pemerintah Fokus Melanjutkan Program yang Ada
“Kemitraan menjadi hal yang mutlak untuk menjawab berbagai kekhawatiran akibat masuknya investasi swasta dalam budidaya pangan. Sinergi harus dibangun dan aturan main harus ditegakkan agar petani tidak dirugikan,” ujarnya.
Haryadi melanjutkan, selain peningkatan produktifitas, efisiensi pasca panen tetap harus dilakukan. Dengan adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi diharapkan Indonesia tidak hanya swasembada beras tetapi ke depan mampu menjadi eksportir.
“Peningkatan produktifitas padi pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.